Hari Rabu, (15/10/2025), pasar mingguan di Niki-niki, Kecamatan Amanuban Tengah, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Propinsi Nusa Tenggara Timur, terlihat ramai dengan aktifitas jual beli.
Waktu menunjukan pukul 10.00 Wita, pembeli yang sudah berbelanja pun keluar dari pasar sambil membawa belanjaannya. Di depan pintu gerbang pasar, belasan bemo atau mikrolet sedang antrian untuk mengangkut orang yang sehabis belanja.
Sopir bemo menyambut penumpang di pintu gerbang, menerima barang bawaan dan menyusunnya dalam kendaraan. Barang yang terlalu besar dinaikan ke atas atap bemo lalu diikat dengan tali.
Deretan bemo berwarna kuning tersebut merupakan salah satu sarana transportasi andalan dari Niki-niki menuju Soe, ibu kota Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Kendaraan bemo mengangkut penumpang merupakan hal yang biasa. Namun, ada satu hal tidak biasa dari bemo jika dibandingkan dengan kondisinya pada beberapa tahun lalu. Bemo sudah tidak menggunakan lagi konjak.
Konjak merupakan sebutan lain untuk kernet atau kondektur pada bemo, sebuah profesi yang kebanyakan ditekuni laki-laki dengan tugas mencari penumpang, bongkar muat barang, menerima ongkos atau bayaran penumpang dan mencuci kendaraan tersebut. Kebanyakan konjak adalah laki-laki.
Selama seharian saat bemo beroperasi, konjak biasanya beridir di pintu bemo untuk memantau penumpang di sepanjang jalan. Konjak kerap meneriakan nama daerah tujuan ketika melihat penumpang berdiri di tepi jalan.
Dulu sewaktu masih ada konjak pada bemo, sopir hanya fokus mengemudi. Urusan mencari penumpang, bongkar muat barang, menerima ongkos penumpang hingga membersihkan bemo dilakukan oleh konjak. Kini sopir bemo mengemudi tanpa konjak sehingga tugas yang dahulu dilakukan konjak dilakukan pula oleh sopir.
Jika di tengah perjalanan harus menaikan atau menurunkan barang yang tidak bisa dilakukan sendiri oleh penumpang, sopir terpaksa harus turun dari kendaraan untuk menaikan atau menurunkan barang tersebut.