Mohon tunggu...
Imanuel Lopis
Imanuel Lopis Mohon Tunggu... Petani

Petani tradisional, hobi menulis.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Intensitas Hujan di NTT Menurun Sejak Jelang Ramadhan

6 Maret 2025   18:10 Diperbarui: 7 Maret 2025   11:42 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Musim hujan di Propinsi Nusa Tenggara Timur berawal pada akhir November 2024 lalu. Sejak saat itu hujan deras hampir turun setiap hari hingga akhir Februari kemarin. 

Menjelang siang biasanya awan hitam mulai bergerak dan tidak lama pun hujan turun. Kadang hujan deras hanya sekejap dan kadang berlangsung dari siang sampai malam. Hujan kadang juga disertai hembusan angin kencang dan sambaran-sambaran petir. 

Curah hujan tinggi membawa berkah tersendiri bagi para petani karena tanaman-tanaman di kebun tumbuh maksimal. Hasil panen pasti akan menggembirakan petani.

Hal ini berbanding terbalik dengan curah hujan yang sangat minim pada akhir tahun 2023 hingga awal 2024 lalu. Waktu itu banyak petani yang gagal panen karena hujan tidak turun hampir tiga bulan.

Curah hujan tidak hanya membawa berkah namun juga membawa bencana seperti sambaran petir, pohon tumbang, banjir dan longsor. Televisi dan set top box di rumah kami rusak terkena sambaran petir. Instalasi listrik dan perangkat elektronik beberapa tetangga kami juga rusak karena petir.

Banjir merusak beberapa jembatan di daerah Timor. Jalan raya trans Timor mengalami longsoran di sejumlah titik.

Menurut prakiraan Badan Meteorologi dan Klimatologi, puncak musim hujan pada Februari 2025. Hujan sudah memuncak selama Februari dan ketika memasuki awal Maret intensitas hujan menurun drastis.

Setiap hari langit hanya cerah berawan atau tanpa awan sama sekali dan matahari sangat terik. Cuaca panas bikin gerah, tidak seadem Beberapa bulan lalu. Rasanya kayak musim kemarau.

Kondisi cuaca seperti ini menjadi tantangan sendiri bagi warga Muslim yang sedang menjalankan ibadah puasa. Suhu baru terasa agak sejuk pada sore hari di atas pukul 16.00 Wita. 

Di tengah kondisi alam yang panas, tubuh membutuhkan asupan makanan dan minuman segar. Bagi umat Muslim yang sedang berpuasa, makanan dan minuman (takjil) baru akan disantap saat waktu buka puasa tiba.

Di daerah kami Kecamatan Amanuban Tengah, Kabupaten Timor Tengah Selatan, beberapa penjual mulai menyediakan takjil di pusat kota Niki-niki. Di Soe ibu kota kabupaten, pedagang takjil yang musiman ini terpantau bermunculan juga. 

Penjualan takjil dengan menggelar meja atau etalase kecil di depan toko atau kios sang penjual yang terletak di tepi jalan raya. Ada juga penjual takjil yang memasarkan takjilnya melalui media sosial.

Takjil berupa aneka olahan kue dan es. Harga murah meriah Rp 5000 per 3 potong atau per cup. 

Takjil tidak hanya diincar umat Muslim yang sedang berpuasa namun juga kami warga beragama lain. Kemarin kami membeli es kacang hijau yang dingin dan segar. Isinya kacang hijau, biji mutiara, dan beras hitam dengan kuah santan kental nan manis karena gula lontar.

Cuaca panas mungkin masih akan berlangsung di bulan Ramadhan ini. Saya juga ingin "war" takjil yang segar dan enak itu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun