Tagar "kabur aja dulu" sejak beberapa hari lalu ramai di media sosial oleh netizen di Indonesia. Kabur yang dimaksud adalah pergi dari Indonesia ke luar negeri.
Tanda pagar ini sebagai ekspresi kritik dan frustasi karena kondisi ekonomi dalam negeri yang sulit. Orang ingin kabur ke luar negeri demi mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang lebih baik.
Jauh sebelum ada media sosial dan tagar ini, orang sudah kabur dari kampung halamannya ke kota, daerah lain bahkan luar negeri. Lapangan kerja kurang atau gaji di tempat asalnya kecil sehingga terpaksa harus merantau.
"Kabur aja dulu" selama ini sering menjadi pilihan bagi sebagian orang berusia produktif di daerah kami Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Daerah tujuan untuk kabur atau merantau seperti Kupang sebagai ibu kota propinsi. Namun kebanyakan menuju luar daerah seperti Bali, Jawa, Kalimantan bahkan luar negeri terutama Malaysia.
Alasan merantau karena di sini lapangan kerja sulit dan gaji tidak seberapa. Menurut data dalam bps.go.id, di NTT gaji untuk tenaga usaha penjualan 1,7 juta, gaji tenaga usaha jasa 1,8 juta sedangkan gaji buruh kasar 1,5 juta. Dalam kenyataannya ada pekerja yang upahnya di bawah 1 juta. Gaji ini tergolong rendah jika dibandingkan dengan daerah lain seperti Jawa, Bali dan Kalimantan.
Sulitnya mendapatkan pekerjaan atau kecilnya gaji membuat orang kabur ke daerah lain hingga luar negeri. Sebagian perantau berhasil mengubah kehidupan ekonominya lebih baik dari sebelumnya. Dari mereka yang merantau tersebut  ada beberapa hal yang dapat dicontoh perantau lain atau orang yang berniat merantau.
Beli tanah dan bangun rumahÂ
Sejumlah perantau setelah bekerja di perantauan kemudian menyisihkan sebagian gaji untuk membeli tanah dan membangun rumah di kampungnya. Bila sudah memiliki tanah warisan tinggal bangun rumah saja. Ketika kembali ke kampung halamannya mereka sudah memiliki rumah sendiri untuk ditinggali.
InvestasiÂ
Para perantau juga banyak yang menyimpan sebagian penghasilannya dalam tabungan di bank. Ada juga yang menginvestasikannya di kampung berupa kendaraan, ternak, suatu usaha atau aset yang dikelola keluarganya. Investasi ini kelak akan bermanfaat bagi seorang perantau ketika berhenti bekerja dan kembali ke kampung halaman.