Mohon tunggu...
Iman Suwongso
Iman Suwongso Mohon Tunggu... Penulis/Wartawan -

Ketika angin berhembus kutangkap jadi kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perihal OTT

24 Maret 2017   13:20 Diperbarui: 24 Maret 2017   13:32 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
GRENDER (DOK.PRIBADI)

“Ha! Kepala Desa kena OTT?” Tanya saya. Saya hanya ingin melihat reaksinya. Sesungguhnya kabar itu telah mampir di telinga saya semalam.

“Saya tidak habis pikir, apa sih kebutuhan Kepala Desa kok sampai harus mencari-cari keuntungan yang besar?” Pikiran tajamnya mulai keluar.

“Kepala Desa kan memang begitu. Ada kesempatan.” Pancing saya.

“Tidak. Tidak.” Pangkas dia. “Tidak semua Kepala Desa begitu. Ada Kepala Desa yang saya kunjungi tidak begitu. Ada yang punya pengabdian yang tinggi untuk membangun desanya. Sekedar contoh, saya pernah berkunjung ke salah sau desa yang letaknya di pinggir pantai. Tidak sengaja saya datang ke sana. Ketika saya telepon, dia masih di kantornya. Jam berapa saat itu? Jam lima sore. Ini hebat.” Ceritanya.

Selanjutnya, ia menceritakan tentang kondisi desa di bibir pantai itu. Potensinya dan masalah-masalahnya. Ia menceritakan dengan berapi-api tentang gagasan-gagasan Kepala Desa itu. Keterbukaannya dengan memampang APBDes-nya (Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa). Kepala Desa itu juga menunjukkan draf peraturan desa tentang pungutan.

“Kepala Desa itu tidak hanya menunjukkan di atas kertas, tetapi mengajak saya ke lokasi, meskipun sudah melintasi magrib. Kami membawa senter ke tempat-tempat itu.” Tuturnya.

“Seberapa banyak Kepala Desa seperti itu?” Pancing saya.

Sam Jack terpekur cukup lama. Saya menunngu apa yang sedang berlintasan di bathok kepalanya.

“Itu masalahnya. Saya agak menemukan jawaban setelah membaca berita ini. Pandangan orang awam kalau cerita di warung-warug, mengatakan kalu Kepala Desa suka berkunjung ke tempat-tempat yang berbiaya besar. Apakah memang seseorang setelah menjadi Kepala Desa menjadi hedonis? Menjadi raja-raja kecil?” Sam Jack menghela nafas.

“Jawaban setelah membaca berita itu?” Korek saya.

“Kalau yang seperti kena OTT ini, memang tak kuasa melawan nafsu purba dalam dirinya. Menjadi Kepala Desa itu butuh waktu 24 jam untuk melayani masyarakatnya. Tapi, kalau kemudian lebih sering datang ke tempat-tempat hiburan, bagaimana pelayanannya pada masyarakat. Belum lagi biaya untuk hiburan semacam itu cukup besar. Bisa jadi penghasilan resmi satu bulan tak cukup untuk satu kali berkunjung untuk karaoke.” Argumennya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun