Mohon tunggu...
Iman Kartamadjana
Iman Kartamadjana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pria Indonesia yang lahir di Surabaya pada 26 sha'ban 1379 H. Menyukai politik tetapi tidak suka berpolitik. Pernah belajar akuntansi di Unibraw Malang dan menjalani karir yang berbeda dengan bidang studi. Baru belajar menulis dan membuat blog imankartamadjana.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

AKANKAH RUPIAH MENGUAT ?

16 Mei 2015   05:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:57 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Ditengah trend menguatnya US dollar , kondisi perekonomian dalam negeri justru tidak menunjukkan tanda-tanda membaik. Memang naiknya kurs US dollar tidak akan membuat ekonomi kita menjadi lebih baik.Ini  dikarenakan fundamental ekonomi kita yang buruk sehingga kinerja ekspor  jauh dibawah impor. Kini hendaknya kita menyadari bahwa naiknya kurs US dollar tidak akan berdampak baik bagi perekonomian. Sebaliknya ini justru akan membahayakan ketahanan financial bangsa. Kita harus memahami bahwa kurs US dollar yang terjadi sekarang ini merupakan cermin problem financial secara keseluruhan. Rendahnya nilai rupiah salah satunya disebabkan oleh besarnya nilai hutang. Hutang pemerintah maupun swasta ke pihak asing pastilah dalam satuan US dollar. Rupiah yang terus merosot adalah gambaran bahwa rasio hutang dan cadangan devisa sudah tidak sehat. Perlu untuk diperhatikan bahwa melemahnya kurs rupiah saat ini tidak semata karena naiknya kurs US dollar terhadap mata uang dunia. Penyebab utamanya adalah fondasi ekonomi kita yang buruk. Rupiah sudah melemah terhadap US dollar sejak September 2011. Sementara pada saat itu US Dollar masih melemah terhadap mata uang lainnya. Sebagai perbandingan , kurs mata uang Singapore dollar terhadap US dollar saat ini justru lebih kuat dibanding tahun 2009. Sedang pada periode yang sama perbandingan kurs terhadap US dollar antara Singapore dollar dan Rupiah adalah

USDIDR USDSGD

13 September 2011                              8640                              1.2453

29 April 2015                                      12953                                1.3207

Depresiasi                                              49.91%                               6.05 %

Apakah saat ini - dimana USD menunjukkan tanda-tanda akan melemah terhadap mata uang lainnya - Rupiah berpeluang  menguat ?   Untuk mengetahuinya kita bisa menarik kesimpulan dari hasil telaah secara tehnikal dan fundamental . Dibawah adalah chart  harian kurs US dollar terhadap Rupiah.

14313219641863977012
14313219641863977012

Secara tehnikal , saat ini kurs US dollar terhadap Rupiah sudah berada di zona Blue Sky. Ini adalah zona yang belum pernah tersentuh oleh rupiah dan merupakan “ ruang” transaksi baru Rupiah terhadap US dollar. Pada zona ini US dollar akan membentuk level-level resisten baru terhadap Rupiah. Boleh diartikan saat ini US Dollar sedang menyeret Rupiah di ruang tanpa batas ( blue sky ). Ini adalah level kurs yang mengkhawatirkan , karena Rupiah sulit memperoleh ruang support untuk memperkuat nilai tukarnya.

Dalam grafik diatas terlihat setelah menyentuh level retracement harga di 50 % Fibonacci , Rupiah kembali melemah terhadap US Dollar. Secara textbook, setelah koreksi ke 50 % Fibs US dollar berpeluang kembali menguat bahkan bisa melebihi level resisten sebelumnya di 13,240.

Kesimpulan dari analisa tehnikal : Rupiah berpeluang melemah.

Bagaimana dengan fundamental ekonomi kita ? Sebenarnya jika fundamental ekonomi kita baik , situasi sekarang memungkinkan Rupiah kembali menguat sebagaimana mata uang dunia lainnya. Namun melihat posisi kurs Rupiah terhadap US Dollar yang sudah berada di zona Blue Sky sulit rasanya membayangkan Rupiah akan ikut menguat bersama mata uang lainnya.

Dari sisi mikro ekonomi , 2 bulan mendatang umat muslim negeri ini mulai memasuki bulan Ramadhan. Sudah menjadi tradisi , setiap Ramadhan harga-harga kebutuhan akan naik. Mestinya hal ini tidak terjadi

karena di bulan Ramadhan umat muslim pasti mengurangi konsumsinya karena berpuasa. Namun entah mengapa bulan Ramadhan selalu menjadi salah satu faktor penyebab naiknya inflasi. Padahal umat muslim di negeri ini adalah yang terbesar dalam hal jumlah. Setelah Ramadhan para orang tua murid dihadapkan pada meningkatnya pengeluaran karena tahun ajaran baru di dunia pendidikan. Ini pasti ada pengaruhnya terhadap inflasi karena jumlah uang yang beredar meningkat. Dan yang paling spektakuler dalam menyumbangkan kenaikan angka inflasi nanti adalah Pilkada yang akan dilaksanakan secara serentak pada kwartal terakhir tahun ini. Mungkin beriringan dengan Natal dan Tahun Baru. Ini jika rencana Pilkada tidak terganggu. Kita maklum bahwa event pilkada pasti akan meningkatkan jumlah uang yang beredar. Elemen-elemen mikro ekonomi ini tentu berpeluang menaikkan inflasi yang pasti berakibat turunnya kurs Rupiah.

Dari sisi makro ekonomi hingga saat ini belum terlihat gebrakan yang dilakukan tim ekonomi presiden Jokowi untuk memperbaiki fundamental dan memperkuat kurs Rupiah. Bahkan Menko ekonomi pernah berujar bahwa kurs US dollar Rp 13,000,- tidak masalah dan tidak akan berdampak pada perekonomian. Mungkin di dunia , inilah menteri senior ekonomi yang tidak ambil pusing atas kurs mata uangnya. Dia beranggapan kurs mata uang hanyalah sekedar angka. Itu sebabnya tim ekonomi presiden Jokowi juga tidak merasa ada yang salah dengan system devisa yang dianut. Saat ini kebijakan devisa kita sangat liberal. Bahkan kebijakan seperti inipun tidak dianut oleh AS yang disebut sebagai dedengkot ekonomi liberal. Presiden AS bahkan merasa perlu untuk menekan China agar melepas mata uangnya agar AS lebih mudah mengontrol devisa. Namun penguasa di negeri ini merasa tidak perlu mengontrol devisa. Mungkin karena merasa sudah tidak ada lagi yang bisa dikontrol ?.

Jika melihat kondisi fundamental ekonomi yang telah terjadi dan akan terjadi , bisa dipastikan Rupiah akan sulit menguat terhadap US Dollar. Apalagi level kurs Rp 12,275 saat ini sudah menjadi support kuat bagi US dollar. Bukan tidak mungkin pada akhir tahun nanti US dollar menjadi Rp 14,000,- atau bahkan lebih.

Berita ekonomi untuk kwartal 1 2015 menunjukkan pertumbuhan ekonomi 4,71 %. Angka ini dibawah ekspektasi. Lambatnya pertumbuhan ekonomi menurut beberapa kalangan karena masih tersendatnya program kerja pemerintah karena terkait dengan perubahan nomenklatur program pembangunan. Apakah benar rendahnya pertumbuhan ekonomi hanya karena problem prosedur ?. Kita harus mengakhiri kebiasaan mencar-cari alasan sebagai penyebab buruknya perekonomian dalam negeri.

Selama ini kita selalu mengait-ngaitkan buruknya perekonomian kita dengan pihak asing. Sebagai contoh , tahun 2014 yang lalu para pejabat , ekonom dan pengamat ekonomi mengatakan bahwa melemahnya Rupiah disebabkan karena membaiknya ekonomi AS. Anehnya , saat ekonomi AS masih buruk , Rupiah juga tidak kunjung menguat. US dollar pernah menyentuh Rp 6,500 setelah sebelumnya mencapai Rp 12,000,- pada masa Habibie jadi presiden menggantikan Soeharto. Setelah itu , Rupiah terus melemah dan sekarang sudah lebih buruk dari masa krisis moneter thn 97. Dimana korelasi melemahnya Rupiah karena membaiknya ekonomi AS ?.

Kita harus bisa mencontoh Negara-negara tetangga kita. Malaysia, Singapore dan Australia memperoleh berkah besar saat harga minyak dunia naik. Disaat ekonomi AS memburuk dan sekarang mulai membaik merekapun tetap mampu meningkatkan perekonomiannya. Ada apa dengan kita sebenarnya ? Tidak perlu kita mencari-cari salah pihak asing. Tidak perlu menyatakan bahwa PBB dan lembaga moneter internasional tidak berdaya memperbaiki ekonomi dunia. Yang ekonominya memprihatinkan itu kan negeri kita ini. Sebagian besar Negara-negara di asia justru berhasil tumbuh dengan baik. Korea Selatan, China, Vietnam, India, Kamboja, Malaysia, Singapura sudah berhasil meningkatkan taraf hidup rakyatnya. Sekarang ini pertumbuhan ekonomi dunia lebih banyak ditopang oleh perekonomian Asia yang sebelum tahun 2000 belum tumbuh seperti sekarang. Bagaimana dengan Indonesia ?

Kapankah pemerintah akan memulai untuk memperbaiki ekonomi dalam arti sesungguhnya ?. Pemborosan anggaran masih terus terjadi. Lalu lintas devisa masih dibiarkan berjalan semaunya. Bahkan para pejabat dan pengusaha sudah enggan menyimpan Rupiah. Dalam setiap kasus korupsi tertangkap tangan selalu saja didapati pecahan mata uang asing. Apakah kita akan mendeklarasikan bahwa mata uang resmi adalah US dolar pengganti Rupiah karena Rupiah sudah menjadi sampah ?

Solusinya ada pada kita. Jangan pernah salahkan pihak asing. Jangan pernah lagi membodohi rakyat dengan mengatakan bahwa melemahnya Rupiah akan menyejahterakan rakyat karena income dari hasil eksport meningkat. Dan jangan lagi ada yang berkeyakinan bahwa kurs US dollar yang sehat adalah diatas Rp 8,000. Bagaimanapun kekuatan kurs satu mata uang mencerminkan kuatnya fundamental ekonomi. Bagaimana akan dikatakan bahwa fundamental ekonomi baik jika kurs mata uang terpuruk ? Dan bagaimana kesejahteraan akan meningkat jika fundamental ekonomi rapuh ? Logika ekonomi yang berlaku umum jangan dibolak-balik. Lemahnya Rupiah merupakan bukti bahwa dunia internasional tidak percaya dengan kemampuan ekonomi kita. Haruskah kenyataan ini kita ingkari ?

Semoga pemerintah tidak tergiur untuk mempraktekkan rapalan sim salabim Redenominasi yang beberapa waktu lalu pernah dihembuskan guna mengkamuflase nilai rupiah. Rupiahku malang , mata uang yang terbuang.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun