Sekarang ini Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sedang gencar-gencarnya mengkampanyekan anak muda tanpa radikalisme. Tidak bisa dipungkiri, anak muda yang berusia 19 -- 35 tahun menjadi target sasaran. Karena anak muda pada rentang pada rentang usia tersebut dianggap masih berproses mencari jati diri dan dianggap lebih mudah untuk dibelokkan.
Mereka memikat para anak muda dengan janji surga untuk orang-orang yang berjihad dan mati syahid. Pada usia tersebut manusia cenderung tidak berpendirian, labil, dan mudah untuk dicuci otak. Selain itu, anak muda secara postur, dan masih panjang perjalanan hidupnya. Inilah alasan mengapa anak muda menjadi sasaran empuk para penyebar ideologi radikalisme-terorisme.
Dari pengalaman saya sendiri, saya sudah sangat diwanti-wanti oleh orang tua saya. Maklum, sebagai mahasiswa baru saya masih belum paham betul bagaimana keadaan dunia luar. Jauh dari orang tua tentunya membuat orang tua sedikit banyak khawatir. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, orang tua saya berpesan untuk selalu menanyakan pendapat kepada mereka apapun kegiatan kampus atau di luar kampus yang akan saya lakukan.
Lalu apa yang sudah dilakukan BNPT sendiri? Pertama, BNPT sudah membuat sebuah perkumpulan anak muda yang menamai dirinya Duta Damai. Duta Damai ini pusat media damai yang mencakup blogging, video, dan lain-lain. Mereka membuat media yang mengajak untuk menjauhi radikalisme.
Selain itu, BNPT juga menyediakan sebuah aplikasi yang bernama Getar Media. Aplikasi ini dikembangkan oleh Pusat Media Damai yang berisi tentang informasi akurat dan aktual tentang terorisme dari sumber terpercaya, dan kita bisa berdiskusi terkait terorisme, dan melaporkan jika ada akun atau situs radikalisme dan terorisme.
Berbagai upaya yang dikampanyekan BNPT juga harus kita dukung. Sebagai anak muda, kita juga harus berupaya untuk jauh dari radikalisme-terorisme. Pertama, kita punya Pancasila. Jangan biarkan mereka memecah belah Indonesia dengan ideologi lain. Sudah sangat jelas pada sila pertama, "Ketuhanan yang Maha Esa", kita tidak boleh menutup diri kepada umat beragama lain.Â
Menghargai keberadaan umat lain merupakan salah satu cara untuk menjaga Indonesia tetap utuh. Kedua, memanfaat internet dengan baik. Maksudnya, kita harus bisa memastikan semua informasi yang kita dapat dari internet itu merupakan fakta. Jika kita menemukan informasi yang mengandung kekerasan terorisme, kita harus mengaji ulang dengan sumber yang lain.
 Terorisme musuh besar kemanusian. Harus kita lawan! -- Ir. Joko Widodo