Meski dirilis pascareformasi, tapi lagu ini tampaknya menggambarkan pengalamannya di era Orde Baru, saat Dwi Fungsi TNI (saat itu ABRI) masih berlaku. Peran sosial politik TNI saat itu memungkinkan aparat militer untuk melakukan penangkapan terhadap warga sipil.
Baik lelucon Kang Ibing maupun lagu Doel Sumbang disampaikan melalui humor. Namun, keduanya menyampaikan pesan yang sama, bagaimana dualisme fungsi militer tidak hanya berdampak pada ketimpangan relasi kuasa antara sipil dan militer, tetapi juga intervensi militer dalam kehidupan sosial, politik dan budaya.
Dari dongeng kaki terinjak hingga lagu Sono ka Kodim, masyarakat Sunda punya cara menertawakan ironi dan tragedi, tapi di balik tawa, ada pengakuan diam-diam akan ketakutan dan ketidakberdayaan yang pernah akrab dalam kehidupan sehari-hari.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI