Mohon tunggu...
maryati imang
maryati imang Mohon Tunggu... Lainnya - penulis freelance

penikmat hujan, pelari kata, penyuka pizza

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Tako dari Ken

24 Oktober 2017   13:29 Diperbarui: 24 Oktober 2017   13:40 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tako dumptruk dan Odi backhoe (photo:youtube/mainan nak)

Sayup-sayup terdengar suara tangis yang tertahan. Suma, minibus berwarna merah, mengerjap-ngerjapkan matanya. Telinganya tegak untuk mempertajam pendengaran.

Hari masih gelap, belum ada cahaya matahari yang menerobos melalui jendela rumah. Hanya ada temaram lampu kecil dari sebuah lemari kaca dua pintu penuh mainan. Satu sisi lemari berisi mainan dari kayu dan plastik serta tumpukan puzzle. Sedangkan sisi yang lain berisi mobil-mobilan berbagai jenis dan ukuran. Dua rak pertama berisi mobil-mobil kecil seukuran genggaman tangan. Sedang rak paling bawah berisi mobil yang lebih besar.

"Suara siapakah yang sesenggukan dipagi buta begini ?" gumam Suma sambil melirik sekitar. Dilihat kawan-kawannya masih pulas. Odi, backhoe warna kuning meringkuk di pojok, sementara Sata,lokomotif kereta hitam mulai menggerak-gerakkan badannya. Suma menoleh kebelakang, kemudian memicingkan matanya. Di dekat pintu lemari kaca itu biasanya Tako sang dumptruk biru berada. Tapi bayangan hitam di depannya berbeda, seperti bukan Tako.

Byar! Tiba-tiba lampu ruangan menyala. Rupanya Ken, anak lelaki setinggi 110cm sudah bangun. Gemericik air menandakan Ken sedang mengambil air wudhu.

Kali ini Suma bisa melihat dengan jelas siapa yang ada di depannya. Benar , bukan Tako !

"Odi, bangun ! Tako hilang !" Suma berusaha membangunkan Odi dengan menabrakkan bemper depan busnya. Odi hanya membuka mata sebentar, kemudian membalikkan badan backhoenya sehingga membelakangi Suma.

Kemudian Suma bergeser kea rah Sata, dibukanya kaca depan lokomotif paling tua itu. Iya, Sata adalah yang paling lama tinggal di kamar Ken. Sata adalah mainan Ken sejak umur 1 tahun. Empat gerbong kereta Sata sudah rusak. Namun Ken masih menyimpan lokomotif Sata.

"Tidakkah ini terlalu pagi, Suma? Kenapa engkau berisik sekali?" Ucap Sata dengan mata masih terpejam.

"Sudah lepas Shubuh Sata. Dan yang lebih penting, Tako hilang !"

"Hallah, paling Ken lupa meletakkan Tako di atas meja belajar. Dia kan sering begitu."

"Tidak ada, Sata." Suma gemas lalu menabrakkan bodi bus belakangnya kea rah Sata. "Buka matamu, di meja tidak ada Tako!" Sata beringsut sambil melebarkan kelopak matanya.

Jarak lemari kaca tempat mereka berada hanya terpaut 3 meter, sedikit terhalang sandaran kursi. Benar, tidak terlihat Tako di sana. Kadang --kadang saat Ken teramat kelelahan dan ingin bersegera tidur, Ia meletakkan begitu saja semua mainannya. Jika sudah begitu, Bunda Ken tidak tinggal diam. Ken tidak boleh tidur jika semua mainan belum masuk ke lemari kaca di ujung kamar.

" Tahun depan kamu sudah masuk sekolah dasar, Ken. Artinya sudah besar. Anak besar harus belajar tanggung jawab." Begitu nasihat Bunda, kala Ken malas-malasan berberes.

" Tako ada di balik pintu." Tiba-tiba terdengar suara asing yang tidak dikenali. Benda di dekat pintu lemari membalikkan badannya. Sayapnya yang panjang menyentuh ujung lemari sehingga tidak bisa sepenuhnya membelok. Suma, Odi dan Sata saling merapat. Benda itu lebih besar dari mereka. Ujung badannya runcing, ada empat roda kecil dibagian bawah. Warna abu kombinasi hitam membuatnya terlihat gagah.

"Namaku Andrew sang pesawat jet tempur , aku datang tengah malam tadi bersama Ayah Ken. Aku datang dari negeri jauh. Itu mengapa badanku jauh lebih besar dari kalian. Warnaku pun jauh lebih berkilau." Tanpa diminta, Andrew menerangkan keberadaannya.

"Tako sudah usang." Lanjut Andrew ."Dia layak dibuang ! Karena sudah ada aku, mainan pengganti yang jauh lebih bagus, hahaha." Tawa Andrew memenuhi seantero lemari.

Suma menutup kedua telinganya. Kemarin kaca telinganya pecah karena jatuh dari teras terguling ke tanah. Suara keras sering mengagetkannya.

"Tidak mungkin Tako dibuang! Ken orang baik !" Sata maju mendekati Andrew. "Buktinya aku. Sudah empat tahun aku menemani Ken. Gerbongku rusak semua, tapi Ken tetap sayang padaku."

Andrew kembali tertawa memperlihatkan gigi-giginya yang tajam sembari mengetuk-ngetukkan empat roda kecilnya ke lantai kaca. " Tunggu saja giliranmu , Sata !" Bentukmu sungguh lebih layak menjadi rongsokkan. "Suma bersembunyi dibalik badan Odi. Dia tidak tahan dengan kegaduhan yang ditimbulkan Andrew .

"Betul, Ken tidak mungkin melakukannya" Kali ini Odi backhoe kuning yang berbicara." Roda depanku pernah rusak .Ujung besinya patah . Ken kemudian meminta tolong Ayah menyambungkannya kembali. " Ken menyayangi kami semua !"

Suara langkah kaki membuat semua diam. Andrew menutup mulutnya. Suma , Odi dan Sata saling menempelkan badan.

"Bunda, mohon bantu aku ." Ken membawa sebuah kotak kardus. Dari balik pintu diambilnya sebuah benda kemudian dimasukkan kedalam kardus.

"Itu Tako !" Jerit Suma, Odi dan Sata bersamaan. Tako yang mendengar suara teman-temannya, hanya menoleh sedikit. Tako malu dengan bekas airmatanya.

"Kenapa belum kamu bungkus ?" Kertas kado warna biru langit disodorkan Bunda kepada Ken.

"Ken sayang Tako, Bun." Ucap Ken lirih. Tako dipeluk erat. " Tako, dumptruk yang menemani Ken bermain pasir. "

Bunda mengucap rambut hitam anak semata wayangnya itu. "Memberikan sesuatu kepada orang lain, berupa benda yang kau sayang,adalah hal baik. Tako sudah sekian lama bermain bersamamu. Kali ini Tako akan mendapatkan lebih banyak teman baru. Lagian sudah ada pesawat jet baru dari Ayah."

"Apakah mereka akan merawat Tako, Bun?"

Perempuan berkerudung marun itu mengangguk mantap. "Pasti, penghuni panti asuhan Azahra adalah anak-anak yang rajin. Ken masih ingat, kaos beruang hitam yang tahun lalu kita berikan untuk mereka , masih dipakai Sina,balita kecil yang baru belajar berjalan itu kan?"

Tiba-tiba Ken berdiri sambil membawa Tako menuju arah lemari mainan . Dibukanya pintu kaca perlahan.

"Apakah kamu mau menukar mainan yang akan diberikan untuk anak panti?"

Ken diam mematung." Tidak , Bu. Ustadzah di sekolah bilang, berikan mainan yang masih bagus dan paling disukai."

Suma, Odi dan Sata saling menatap haru. Ternyata suara sesenggukan tadi adalah suara Tako, ujar  Suma dalam hati.  Kali ini Tako tersenyum, sisa sedihnya mulai lenyap. Perkataan Bunda benar. Dia akan menemukan pemilik baru, dan tidak hanya satu, banyak. Dia akan membuat keceriaan banyak anak.

Bunda membantu Ken membungkus kardus berisi Tako sang dumptruk. Sebuah pita emas disematkan di atas bungkusan cantik itu.

"Kita berangkat sekarang , Ken?" Bunda beranjak keluar kamar. "Supaya tidak tertinggal minibus yang akan mengantar kalian ke panti."

"Tunggu Bun." Ken berlari menuju meja, kemudian menulis sesuatu diatas kertas.

Bunda meraih kardus untuk dimasukkan kedalam tas plastik besar. Dibacanya kertas yang tertempel di atasnya.

TAKO DARI KEN TK B PERMATA HATI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun