Mohon tunggu...
Jurnalis Advokasi
Jurnalis Advokasi Mohon Tunggu... Jurnalis Advokasi menuju jurnalisme solusi : Pejuang agraria, lingkungan dan HAM

"Temukan benih kemuliaan itu, sejatinya ada dalam dirimu"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Dari Ayat Pertama Turun ke Grup Wa, Sudahkah Kita Membaca dengan Makna?"

5 Mei 2025   09:04 Diperbarui: 5 Mei 2025   09:04 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input Keterangan & Literasi sejati butuh refleksi, bukan sekadar scroll dan share. Saatnya naik kelas: baca buku, pahami isi, lalu tuangkan jadi karya

Oleh Iman Sadewa Rukka

"Perintah pertama dalam Al-Alaq ayat 1-5 adalah perintah untuk membaca dan mencari ilmu. Itu bukan sekadar membaca teks, tapi membaca dunia, membaca diri, dan membaca kebesaran-Nya." -- Anonim

Di era digital ini, ironisnya kita berhadapan dengan fenomena yang aneh tapi nyata: minat baca tinggi, tapi terbatas pada grup WhatsApp. Banyak orang yang rajin membaca pesan berantai, status penuh provokasi, dan broadcast tanpa sumber yang jelas. Tapi sayangnya, ketika dihadapkan pada buku, artikel mendalam, atau karya ilmiah, seketika mereka mundur perlahan.

Sebagai pegiat media, jurnalis, sekaligus pencinta sastra, saya merasa terpanggil untuk menyuarakan hal ini. Kita memang butuh masyarakat dengan minat baca tinggi, tapi yang tak kalah penting adalah daya baca---kemampuan untuk memahami, merenungkan, dan memetik makna dari yang dibaca.

Bukan hanya soal kuantitas bacaan, tapi kualitas menyerap informasi yang harus ditingkatkan. Dari sanalah akan muncul daya tulis, kemampuan untuk menuangkan ide, pengalaman, dan gagasan menjadi karya yang menginspirasi. Bangsa pembelajar lahir dari masyarakat yang bukan hanya membaca, tetapi juga menulis dan berpikir.

Seperti kata Anies Baswedan, "Minat baca yang tinggi, Insya Allah akan memunculkan karya literatur yang bukan hanya tuan rumah di negeri sendiri, tetapi bisa tampil mempesona di seluruh dunia."

Saya sangat mengapresiasi gerakan-gerakan kecil namun bermakna yang lahir dari masyarakat, seperti kehadiran lebih dari 6.000 taman bacaan di Indonesia. Mereka bukan pejabat, bukan pemegang amanah konstitusional. Tapi mereka memilih untuk bertindak. Mereka adalah pahlawan literasi sesungguhnya.

Terlebih di lingkungan sekolah, guru-guru dan tenaga pendidik yang mengajarkan muridnya bukan hanya membaca buku pelajaran, tapi juga mencintai membaca sebagai gaya hidup, sebagai jalan untuk mengenali dunia dan dirinya.

Mari mulai dari diri sendiri. Jangan biarkan kebiasaan membaca kita berhenti di layar ponsel. Tingkatkan daya baca, bukan sekadar minat baca.

Karena seperti kata Voltaire, "Semakin aku banyak membaca, semakin aku banyak berpikir; semakin aku banyak belajar, semakin aku sadar bahwa aku tak mengetahui apa pun."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun