Mohon tunggu...
Imam Prihadiyoko
Imam Prihadiyoko Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Lahir dan besar di Lahat, Sumatera Selatan, 17 Desember 1972. Baru keluar kampung ketika kuliah di jurusan Ilmu Politik, FISIP-Universitas Indonesia, tahun 1992. Lulus dari kampus Depok tahun 1997, sejak itu melanglang di dunia jurnalistik sampai sekarang. Hidup ini seperti ikan yang berenang di sungai Lematang. Kala sungai banjir, terpaksa menepi. Disaat lain, sungai tampak jernih, udara sejuk, cahaya matahari cerah, bisa berkeliling sungai. Namun, baik banjir maupun tenang, mendung ataupun cerah, semuanya bagian kehidupan yang mestinya dijalani dengan senang dan sabar. Akan sangat senang kalau ada yang mau berteman, hubungi: mamprihadiyoko@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Islam Garis Keras dan Islamophobia, PR Islam Moderat

3 Februari 2016   17:20 Diperbarui: 3 Februari 2016   17:34 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak ISIS meningkatkan gerakan radikalnya, pada November lalu dengan menyebar aksinya ke Eropa dan mengeluarkan ancaman serangan ke berbagai wilayah lainnya di dunia, Islamophobia juga semakin meningkat. 

September 2015, BBC.com menurunkan tulisan tengang peningkatan kejahatan karena Islamphobia di London. Sampai pertengahan tahun lalu, kasusnya mencapai 816 kejahatan karena Islamphobia. Jumlah ini meningkat 70 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara huffingtonpost.com pada Juni tahun 2015, juga menurunkan tulisan tentang peningkatan Islamphobia di Amerika Serikat.

Bagaimana dengan Indonesia, negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia ?

"Hingga hari ini, belum ada penelitian serius tentang ini," ujar Najib Burhani, peneliti LIPI yang banyak meneliti tentang Islam dan kelompok keagamaan marginal di Jakarta, Rabu (27/1/2016).

Ketika ISIS mengklaim sebagai pelaku teror di Jakarta, pada tanggal 14 Januari lalu, dan media banyak mengungkap tentang tipikal pelaku, publik pun seperti terbawa phobia terhadap gerakan Islam.

Menurut Najib, manusia seringkali phobia terhadap sesuatu yg berbeda dengan dirinya, dan melihat kelompok lain sebagai ancaman. Ini terutama terjadi ketika dunia menjadi semakin terbuka dalam globalisasi.

Menurut Najib, banyak orang menganggap kedamaian itu hanya terjadi ketika masyarakat homogen. Itu sebabnya, banyak yang menolak sesuatu yang datang dari luar.

“Tidak harus melihat pada agama, beberapa ormas besar di negeri ini sepertinya ingin melancarkan peperangan terhadap budaya Arab. Bukankah ini satu bentuk dari Arabophobia? Sebagian dari kita sering menjelek-jelekkan orang Arab dan orang Barat. Menganggap orang Arab itu hobinya perang, bertikai, bermewah-mewah. Ini saya kira termasuk Arabophobia juga,” ujar Najib yang dalam banyak kesempatan menyampaikan thesis yang menarik tentang masyarakat.

“Masyarakat kita, dan masyarakat lain saat ini, sering berpikir "If they were not here, life would be perfect, society will be harmonious again" (Jika orang-orang yg berbeda itu tidak berada di sini, maka hidup ini akan menjadi sempurna. Masyarakat akan menjadi harmonis kembali. Padahal masyarakat itu pada dasarnya sudah terbagi-bagi. Kalaulah tidak karena agama, mereka terkotak-kotak karena faktor lain,” ujarnya.

Islam moderat

Peningkatan Islam phobia ini juga dirasakan oleh Muslim Indonesia. Itu sebabnya, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, sebagai organisasi keagamaan Islam terbesar di Indonesia bergerak untuk memperlihatkan wajah Islam yang rahmatan lil'alamin, Islam yang menjadi rahmat bagi umat manusia.
Terlepas dari muktamar NU dan Muhammadiyah yang dilakukan pada waktu yang hampir bersamaan tahun lalu, kedua organisasi Islam ini dengan lebih intensif mempromosikan tentang Islam di Indonesia yang moderat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun