Mohon tunggu...
Imam Prasetyo
Imam Prasetyo Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya Muslim

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bos Grup Lippo, Pemilik Meikarta Korban "PHP" Jokowi

17 Oktober 2018   14:22 Diperbarui: 17 Oktober 2018   15:47 3691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pendiri Grup Lippo  Mochtar Riady mengungkapkan  pihaknya mengalami kesulitan dalam mengurus  perizinan proyek kota baru  Meikarta, Cikarang, Jawa Barat. Lippo membutuhkan hingga 136 cap atau  stempel sebagai tanda mendapat  izin untuk pembangunan megaproyek  tersebut.

“Butuh 136 cap untuk pembangunan. Begitu sulit.  Bapak Presiden Joko  Widodo (Jokowi) bilang semua izin tiga hari  selesai, tapi ternyata tidak  demikian,” ucap Mochtar saat ditemui Kompas.com, Kamis (12/7/2018) di  Jakarta.

*****

Tampaknya  Bos dari Grup Lippo saat menyampaikan dahulu di depan awak media  seperti tengah menyusun dalih atas kasus besar yang kemudian terjadi  dan mengguncang Kabupaten Bekasi kemaren saat Bupati Neneng  Hasanah terkena OTT KPK terkait adanya transaksi antara pemda Bekasi dengan pengembang di kawasan Meikarta tersebut. 

Mochtar Riady seakan sosok indigo yang ngerti sak durung winarah,  seakan maklum bahwa sebuah insiden akan menerpa bisnisnya. Padahal  semua publik mestinya mahfum bagaimana sepak terjang klan Riady ini saat  pilpres 2014 lalu. 

Penyematan tanda kehormatan bagi Mochtar seakan menegaskan eksistensinya di pusaran kesuksesan Jokowi menapak di Istana  Kepresidenan dan tentu saja sosok sang Pangeran, James Riady di balik pilihan pragmatis keluarga taipan kondang ini untuk mendukung Jokowi.

Proses  yang berkelok-kelok untuk menjadikan proyek kloningan dari kawasan satelit  Lippo Karawaci tersebut bisa sukses di Cikarang membuat Riady seakan  mati kutu dan memilih untuk menerjang peraturan yang ada. 

Riady seakan  menjelma menjadi anak kemaren sore membaca pernyataan Jokowi yang mengumbar janji akan  memangkas semua perijinan yang kelak hanya akan membutuhkan waktu hanya  dalam hitungan harian saja. Umpan yang memikat ini di sambar oleh Riady.  Tak heran meskipun masih terbelit dengan perijinan, marketing Meikarta  langsung menggeliat menawarkan produk hunian mereka.

Penentangan  Deddy Mizwar saat menjabat Wakil Gubernur Jawa Barat dahulu tidak mereka  gubris. Secara agresif Meikarta berusaha merangkul semua komponen  bisnis hingga acara Topping-Off bahkan ikut diresmikan oleh  Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan. Dan ini seakan menyakinkan  publik proyek bombastis keluarga Riady ini "aman" dan "beres". 

Proyek  LRT (Light Rail Transit) saja sampai "diarahkan" untuk bisa berbelok  hingga ke Meikarta sehingga antusiasme publik kian tinggi. Tudingan  adanya hopengan dan kongkalingkong pengembang dengan beberapa petinggi pemerintah daerah itu menjadi rahasia publik. Bantah-bantahan dinas satu dan dinas lainnya menjadi lazim.

Hingga  akhirnya, di tahun politik KPK kembali "berulah" dengan melakukan  penangkapan OTT. Kontan persepsi publik terbelah antara Mochtar Riady  ditinggalkan atau meninggalkan Jokowi lalu memungut konsekuensi atau  penangkapan tersebut ingin merubah citra Jokowi yang melorot drastis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun