Mohon tunggu...
Imam Prasetyo
Imam Prasetyo Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya Muslim

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Persepsi terhadap Aksi Kamikaze dan Bom Syahid

22 Mei 2018   08:49 Diperbarui: 22 Mei 2018   10:00 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Asli penulis menuliskan artikel ini sambil merutuki sebuah artikel dari seorang non muslim yang berlagak paling mengerti tentang kedamaian dan bagaimana menjaga nyawa. Seakan-akan yang berada diluar tempurung kepalanya adalah lingkungan yang gagal paham tentang bagaimana menjaga kedamaian dan menjaga nyawa.

Nyawa memang satu hal yang paling penting selama berada di dunia ini. Tanpa nyawa, tiada iman dan mencari pahala. Tanpa nyawa tidak ada arti cita-cita masuk surga.

Bicara nyawa, maka Islam adalah agama yang paling jelas konsep bagaimana menjaga hadiah Tuhan ini.

"...Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu  (membunuh) orang lain atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi,  maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa  yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah  memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang  kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan  yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh  melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi," [QS Al-Maaidah: 32]

Jadi jangan mengajari umat Islam untuk mengerti bagaimana menjaga pemberian Tuhan yang membuat seluruh bagian tubuh bisa berfungsi tersebut. Malahan penulis jadi berfikir, para tentara AS yang dengan serampangan menjatuhkan bom cluster, tomahawk dan mitraliur yang menghujani Afghanistan, Iraq, Mogadishu dan kini Suriah membuat jutaan jiwa umat muslim pergi menuju Tuhannya tersebut apakah telah di dakwahi oleh para pemuka agamanya sebelum menjadi pembunuh massa?

Mengkaitkan ISIS dan kemudian menjustifikasi bahwa semua gerakan sempalan dari group besar dunia adalah bagian dari pemahaman Islam yang haq adalah sebuah hinaan dan fakta otentik bahwa Islam dan peradaban lainnya memang tengah beradu pedang. 

Islam tengah vis a vis dengan keyakinanan lainnya. Makanya tidak terlalu kaget sebenarnya para evangelis sialan tersebut seakan mendapat durian runtuh saat Aman Abdurrahman dan para pecundang di belakangnya melakukan serangan mematikan tanpa dilandasi argumentasi (hujjah) yang kuat (syar'i). Mereka berduyun-duyun memposting artikel yang memberi kesan agama kasih yang mereka yakini terlihat lebih begitu humanis, pro nyawa dan pengusung kebaikan.

Sungguh Ramadhan ini ingin sekali penulis tetirah dari perang pena dengan para biawak tersebut, tapi apa boleh buat biawak tersebut jika tidak direspon akan membuat persepsi yang sudah keliru tentang islam kian menjadi-jadi.

Tanpa bermaksud menyetujui keputusan Aman Abdurrahman berikut para pengikutnya, bahwa di dalam perjuangan Islam tindakan istihadiyah atau gerakan mengorbankan nyawa sendiri untuk sebuah tujuan perjuangan adalah sebuah tindakan yang ada rekam sejarahnya. Bukan sebuah tindakan ke-kini-an alias sebuah perkara baru. Bahkan di dalam peperangan PD II bahkan aksi-aksi heroik penerbang dari Kerajaan Jepang masih menjadi sebuah aksi yang fenomenal, yakni kamikaze. Para penerbang pesawat tempur Jepang dengan sejumlah bom yang ada dilambung pesawat mengincar dan berputar angkasa lautan Pasifik dan kemudian menubrukkan pesawat mereka ke kapal-kapal perang Sekutu.

Aksi tersebut bahkan dinarasikan sebagai sebuah aksi heroik yang mengagumkan. 

Pertanyaannya mengapa? Karena persepsi yang timbul dari pemahaman bahwa di dalam peperangan motto, kill or to be killed, di bunuh atau membunuh sudah menjadi sebuah nilai klasik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun