Pada saat mengunjungi obyek wisata atau masuk pada suatu tempat yang belum pernah atau pernah dikunjungi boleh juga terbersit pemaknaan pada gapura/candi bentar. Sudah atau belum pernah memaknai yang dimaksud dengan fisik itu, tidak mengurangi indahnya kunjungan.
[caption id="attachment_332388" align="aligncenter" width="700" caption="Foto: Bidikan awal candi bentar/gapura saat kunjungi GWK, dokumen pribadi"][/caption]
Tetapi, sesungguhnya saat kita memasuki suatu tempat dengan memahami simbol dari gapura atau candi bentar itu setidak-tidaknya sudah mendapatkan salah satu gambaran apa, mengapa, bagaimana di balik arti semua yang ada di dalam itu. Karena sesuatu yang ditempatkan pada posisi utama atau dominan ruang setidaknya menjadi sapaan awal yang dapat memberikan kesan menyeluruh yang ingin disampaikan oleh komunikan.
Dalam istilah Jawa pintu gerbang biasa disebut dengan gapura. Orang Jawa memberikan arti dengan gapura ditranskrip dengan bahasa Arab 'ghafura' (Al-gaffar) yang berarti Yang Maha Pengampun. Dengan demikian dapat dipersepsikan gapura manakala seseorang telah memasuki suatu tempat/area/kawasan/wilayah yang didapatkan tidak lain adalah kesenangan, kegembiraan, kenyamanan, dan seluruh rasa yang memberikan ketenangan batin. Terlepas semua rasa kegelisahan, ketidaknyamanan, dan perasaan khawatir yang dapat membawa rasa tidak nyaman.
Sedangkan orang Bali dengan gapura biasa menyebutnya dengan istilah 'candi bentar.' Candi bentar yang diartikan bangunan gapura yang menyerupai belahan gunung yang simetri, umumnya tidak mempunyai atap. Di Bali apabila ada suatu acara yang cukup besar pada setiap ujung jalan yang membatasi kegiatan yang digelar itu biasa memakai dengan gapura/candi bentar buatan (praktis). Tujuannya apabila selesai acara langsung dapat diangkat dan tidak repot dengan bekas bongkaran dari bentuk gapura/candi bentar praktis tersebut.
Gapura/candi bentar biasanya dibangun menjulang tinggi berada pada sisi kanan-kiri jalan masuk suatu bangunan, area, kawasan, dan wilayah. Tujuannya dapat memberikan kesan kokoh dengan kontruksi dan ornamen sesuai yang ada di dalam. Setidaknya, biasanya ada cuplikan-cuplikan yang bernuansa visi global yang ada di dalamnya. Kalau benar bahwa gapura/candi bentar merupakan gambaran seperti itu, maka tidak lain indikasinya bangsa ini telah lama mewujudkan peradaban tinggi sebagaimana banyak ditemukan situs candi bentar tersebar di seluruh nusantara.
Dalam setiap langkah penulis mengakrabi perjalanan wisata, beruntung selalu dapat membidik makna di balik gapura/candi bentar. Karena, candi bentar/gapura merupakan karya kreatif yang terbangun atas fondasi penggagas yang telah menjelajahi berbagai kepekaan. Dalam kecermatan  melihat sesuatu dalam bentuk fisis dan non-fisis dalam kacamata kedalaman perenungan akan lebih dalam arti yang didapatkannya. Pada hakekatnya ia merupakan visi tafsir yang tidak lahir begitu saja. Tetapi lebih dari itu sebagai wujud kontemplasi perjalanan batin yang diakrabinya secara intens penuh kesadaran diri. Imam Muhayat, Bali, 31 Oktober 2014.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI