Mohon tunggu...
Imam Mashudi Latif
Imam Mashudi Latif Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Darul Ulum Jombang

Menyukai bacaan-bacaan ringan untuk dikembangkan sebagai ide tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Puasa dan Akhlak Mulia

12 Maret 2024   08:00 Diperbarui: 12 Maret 2024   08:02 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Puasa menurut bahasa adalah menahan dari segala sesuatu, seperti makan, minum, nafsu, berbicara yang tidak bermanfaat, dan sebagainya. Menurut istilah, puasa yaitu menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat dan beberapa syarat. 

Di kalangan Bani Israil, dahulu pernah disyariatkan menahan diri dari berbicara.  Menurut syariat Islam, arti puasa adalah menahan diri dari makan, minum, hubungan seksual, dan lain-lain sepanjang dengan aturan yang ditentukan.

Puasa adalah salah satu rukun Islam. Puasa juga merupakan salah satu ibadah yang bisa mendekatkan diri kita dengan Sang Pencipta, yaitu Allah Swt., karena puasa merupakan salah satu ibadah yang utama di sisi-Nya. Bahkan, Allah menjanjikan pahala khusus untuk orang yang berpuasa.

Dalam kajian sejarah agama, puasa adalah ritual tertua yang dikenal oleh manusia. Tidak ada satu agama pun yang tidak mengenal dan tidak menjadikan puasa sebagai salah satu ritualnya. Puasa diterapkan oleh umat manusia sepanjang sejarah, dulu dan sekarang. Perbedaannya hanyalah perihal pelaksanaannya berdasarkan perbedaan umat, syariat, latar belakang, dan faktor penyebab yang menuntut untuk berpuasa.

Puasa sudah dikenal sejak bangsa Mesir kuno, selanjutnya meluas sampai ke Yunani dan Romawi. Orang-orang yang beragama Hindu juga melaksanakan puasa. Di dalam kitab Taurat juga disebutkan puasa dan pujian bagi orang yang melakukannya, hanya tidak disebutkan wajibnya puasa. Nabi Musa melakukan puasa selama empat puluh hari. Di dalam kitab Injil juga tidak ada teks yang menyebutkan wajibnya puasa. Hanya disebutkan bahwa puasa itu merupakan salah satu jenis ibadah yang terpuji. Puasa yang dikenal oleh kaum Nasrani adalah puasa sebelum hari raya Paskah. Pada hari itu juga Nabi Musa berpuasa. Begitu pula Nabi Isa dan kaum Hawariyyun (para penolong Nabi Isa). Dewan gereja telah mengadakan beberapa jenis puasa, dengan perbedaan di antara beberapa sekte.

Peran Puasa dalam Pembinaan Akhlak Mulia

Puasa mempunya peran penting bagi seorang muslim sehingga berakhlak mulia. Puasa menanamkan nilai akhlak mulia dalam diri seseorang dalam hubungannya dengan Tuhan, orang lain, dan masyarakat secara luas.

Pertama, puasa melatih atau menanamkan perilaku atau sikap manusia untuk 'takut kepada Allah'. Pengertiannya ialah komitmen menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya secara ikhlas, dalam keadaan diketahui orang banyak maupun sendirian. Ketika berpuasa, seseorang meyakini dan merasakan bahwa Allah memantau seluruh kelakuannya. Keyakinan ini memengaruhi sikap dan perilaku seseorang dalam relasi sesama makhluk sehingga ia tidak akan berkhianat atau zalim terhadap orang lain, makan atau mengambil harta dengan cara yang tidak halal.

Kedua, melatih atau menanamkan kemampuan pengendalian diri yang meliputi (a) kemampuan membatasi gerak nafsu syahwati; (b) kemampuan mengendalikan diri, tidak dendam, tidak memandang dirinya sebagai orang yang harus diperlakukan khusus atau istimewa; (c) keinginan untuk berprestasi atau berkarya bukan untuk mengejar perhatian orang lain atau publisitas; (d) hati-hati dalam membuat suatu pilihan dan tidak mengambil risiko di luar kemampuan dirinya; (e) tidak mengatakan atau melakukan sesuatu kemudian menyesalinya; (f) mengontrol emosi dan tidak mengeluarkan suatu ucapan atau tindakan yang bakal mengakibatkan keburukan bagi orang banyak.

Ketiga, menanamkan kasih sayang dan humanis. Ini merupakan kemampuan seseorang dalam hubungan antarpribadi, yaitu kemampuan memperlakukan orang lain dengan baik dan bersahabat. Ciri cinta kasih antara lain sikap dan perlakuan hangat dalam menghadapi orang lain, bersedia berbagi, pemurah, berbuat baik kepada orang lain, membantu orang lain, penuh perhatian kepada orang lain, memahami atau merasakan perasaan orang lain (empati), serta peduli terhadap mereka yang mengalami kesulitan dalam kehidupan.

Keempat, melatih kesabaran. Islam mengajarkan perilaku sabar. Orang-orang hendaknya bersabar ketika mengerjakan perintah Allah, menjauhi larangan-Nya, atau ketika menghadapi musibah. Orang yang sabar adalah mereka yang tahan banting dan tidak mengenal putus asa dalam mengajak dan menebarkan kebajikan.

Kelima, puasa melatih atau menanamkan sikap konsistensi. Menurut Al-Mawardi, istiqamah adalah (a) berpegang teguh pada akidah (tauhid) secara kukuh, mengabdi kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya; (b) konsisten taat kepada aturan Allah dan menjalankan perintah-Nya; (c) ikhlas dalam menjalankan agama; (d) menggunakan ilmu sebagai dasar amaliah; dan (e) konsisten antara ucapan dan perbuatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun