8 Hal yang Membuat Hidup Saya Lebih Mudah sebagai Orang Dewasa dengan ADHD dan Disleksia
Hidup sebagai orang dewasa dengan ADHD dan disleksia bukanlah perkara ringan. Dunia ini dirancang untuk cara berpikir yang "normal" teratur, linier, disiplin waktu, efisien dalam atensi. Sementara itu, otak saya justru sibuk, loncat-loncat, penuh ide tapi sering kali kehilangan arah, bahkan untuk sekadar menyikat gigi atau membalas pesan penting.
Saya didiagnosis ADHD dan disleksia saat usia 9 tahun. Masa kecil saya penuh dengan label: "anak nakal", "tidak bisa diam", "bodoh", "tidak fokus", "malas belajar". Padahal saya hanya memproses dunia dengan cara yang berbeda. Saya bukan rusak. Saya hanya tidak cocok dengan sistem yang terlalu sempit untuk menampung keunikan saya.
Kini, setelah berpuluh tahun belajar berdamai dan memahami diri sendiri, saya menyadari bahwa saya tidak harus memaksakan diri masuk ke dalam dunia yang menyakiti saya. Saya bisa membangun dunia kecil saya sendiri yang ramah, suportif, dan sesuai dengan cara kerja otak saya.
Berikut 8 hal yang membuat hidup saya lebih mudah sebagai orang dewasa dengan ADHD dan disleksia:
1. Kontrol atas Lingkungan Saya Sendiri
Saya pernah memaksakan diri bekerja di kantor dengan lampu menyilaukan, suara bising, dan jadwal kerja yang ketat. Setiap hari saya 'berpura-pura normal', lalu hancur di rumah. Itu bukan hidup, itu siksaan.
Sekarang saya bekerja lepas, menentukan sendiri jadwal dan ritmenya. Saya tahu kapan energi saya naik, kapan saya harus istirahat. Dan jika harus bersosialisasi, saya selalu siapkan "rencana kabur". Saya tidak lagi merasa bersalah untuk meninggalkan keramaian demi ketenangan.
Kata ahli: Dr. Gabor Mat dalam bukunya Scattered Minds menekankan pentingnya menciptakan lingkungan yang aman secara sensorik dan emosional bagi orang dengan ADHD, karena tekanan lingkungan yang tidak sesuai bisa memperburuk disregulasi emosi dan burnout.
2. Timer, Bukan Jam