Mohon tunggu...
kang im
kang im Mohon Tunggu... warga biasa yang hobi menulis

seorang penulis biasa yang tinggal di kampung

Selanjutnya

Tutup

Nature

Mitos Atau Fakta: Rumah Laron Jadi Tempat Tumbuh Jamur Alam? (02)

12 Februari 2025   22:16 Diperbarui: 12 Februari 2025   22:16 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ft. ilustrasi: dok. pribadi/ jamur trucuk putih ini sering dijumpai dan jadi salah satu favorit di kampung.

Anak-anak kampung, tidak asal cari lokasi, untuk berburu jamur alam: jamur barat, trucuk putih atau hitam. Ada panduannya, tapi bukan dari manusia, melainkan dari alam juga. Pokoknya di kampung itu dari alam, oleh alam, untuk alam dan manusia.

Keseimbangan alam masih relatif terjaga. Tumbuhan hijau masih relatif banyak. Lahan masih jarang ditanami gedung. Sehingga, alam juga akan memberikan segalanya untuk kehidupan manusia di kampung. Sayuran jarang yang beli, tinggal petik di kebun.

Termasuk jamur ini, tidak ada yang tanam benihnya, juga merawatnya, tahu-tahu bisa panen jamur di alam liar. Maklum, berburu jamur ini salah satu hiburan tersendiri, bagi anak-anak kampung. Pokoknya seperti liburan gratis sepulang sekolah.

Panduan cari jamur tadi biasanya dari tiga hal. Semua dari alam. Pertama: dari munculnya laron. Biasanya rumah laron ini ditumbuhi jamur. Percaya atau tidak, anak-anak kampung sering mengilmiahkan anggapan ini. 

Ini jika diketahui munculnya laron, atau rumah laron, saat musim hujan. Namun, ketika tidak tahu sumber munculnya laron, maka akan menggunakan cara kedua. Yaitu cari tanah gundukan, rumah rayap. Biasanya juga di sekitar rumah rayap ini muncul jamur. Sekali lagi, biasanya, bukan pasti.

sumber ft. ilustrasi: dok. pribadi/ di sekitar rumah rayap ini biasa muncul jamur alam. 
sumber ft. ilustrasi: dok. pribadi/ di sekitar rumah rayap ini biasa muncul jamur alam. 

Jika kedua cara di atas sulit, maka menggunakan cara ketiga. Cara ini cukup unik, sulit dilogika. Tapi sering terbukti. Modalnya sejarah dunia perjamuran di kampung, turun-temurun. Yaitu tanya kakek, nenek, atau sesepuh kampung: mana daerah/ lahan yang biasa ditumbuhi jamur alami.

Percaya atau tidak, rata-rata informasi yang diberikan mereka benar. Ada jamurnya. Mungkin, tempat itu sudah jadi rumah tetap para jamur, secara turun-temurun. Namanya juga alam, jika tidak dirusak, pasti tidak pernah ingkar, untuk memberi manfaat umat manusia.   

 

Rezeki Tidak Pernah Tertukar

Nemu rezeki jamur. Kalimat ini sering muncul dalam dunia perburuan jamur di kampung. Terutama dari warga yang tidak sengaja menemukan jamur di alam liar. Karena berburu jamur itu unik.

Percaya atau tidak, ada hal uniknya. Terkadang aneh juga. Di lokasi yang sama, yang mencari duluan tidak menemukan jamur, tapi saat ada orang kedua, atau orang lain, yang melintasi tempat yang sama, malah menemukan jamur. Tempatnya sama dengan yang dicari orang pertama tadi.

Penulis juga pernah merasakan hal ini, masih beberapa hari yang lalu. Penulis mencari di suatu tempat, muter-muter, berkali-kali, tidak menemukan jamur. Karena ada informasi, di lokasi itu biasa muncul jamur, saat musimnya.

sumber ft. ilustrasi: dok. pribadi/ jamur trucuk putih ini sering dijumpai dan jadi salah satu favorit di kampung.
sumber ft. ilustrasi: dok. pribadi/ jamur trucuk putih ini sering dijumpai dan jadi salah satu favorit di kampung.

Namun, penulis tidak menemukan satu pun jamur di lokasi itu, tapi anehnya, saat tetangga penulis tidak sengaja melintasi lokasi itu, malah menemukan jamur. Penulis jadi ingat kata pak ustaz di kampung: rezeki itu tidak akan pernah tertukar. Jika sudah jatahnya, tidak bisa ditolak, dan sebaliknya.  

Berkelompok Agar Kompak

Anak-anak kampung biasa berkelompok dalam berburu jamur liar. Cara ini penting, agar tidak ada persaingan. Hasilnya dibagi rata. Yang paling penting: jamurnya tidak rusak. Karena jika tidak berkelompok, maka akan 'berebut' untuk memetik jamurnya. Sehingga, jamurnya rawan rusak.

Berkelompok ini juga memudahkan koordinasi, terutama saat waktu berburunya di hari libur sekolah. Anak-anak biasa bagi tugas. Ada yang bawa sarung untuk salat, ada yang bawa bekal, ada juga yang bagian bawa hasil jamurnya. Semua dilakukan secara sukarela, khas anak-anak kampung. Semoga cerita kecil ini bisa mengobati pemburu jamur alam yang sedang merantau. Sekian dulu, sampai jumpa di edisi tiga, dan sukses selalu. (*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun