Pilatus bertanya lagi, dengan mimik sungguh-sungguh memaksakan tudingannya.
"Engkaukah raja orang Yahudi?"
Pria na'as itu tetap tidak bergeming, mukanya masih tetap menunjukkan betapa dirinya bukan yang mereka maksudkan. Pilatus berputar dan melihat kembali wujud pria kumal berdebu tersebut. Tidak tampak sekali wajah yang menunjukkan semangat penyebaran.
Malam itu, Jumat 6 April 30 Masehi, Pilatus memastikan bahwa tidak ada sedikit sisa-sisa pembangkangan di hadapan pemuka yahudi. Pria na'as itu akhirnya hentak oleh rasa sakit saat dipaksa berjalan dari Petrorium Romawi sampai bukit Golgota
Malam yang panjang,..sangat panjang. Angin yang menindih dengan segenap perih yang menyengat saat bantalan tanganya meneteskan darah. Desiran angin merambah mukanya.
"Tuhan..."
Dia terbatuk, giginya yang sebagian goyang karena dihantam oleh gagang tombak pasukan Romawi menyisakan perih menderu.
"Tuhan, Tuhanku, wahai Engaku Tuhanku....mengapa Engkau tasbihkan aku dalam rasa sakit dan kesendirian dan Engkau melacurkan kebenaran yang aku sunggi selama ini. Mengapa Engkau berpaling dariku."
Para Yahudi berpacu dengan Sabat yang akan memenjarakan keduniaan mereka. Segenap kegaduhan berlanglang buana. Tinggal 2.5 jam lagi waktunya. Mereka gundah!
"Pilatus, tidakkah engkau merasa perlu memastikan dia untuk kematiannya, patahkan dan remukkan tulang tempurungnya itu."
Mereka menunjuk ke arah kayu yang menjadi sandaran antara perih di tangan dan rasa kelu yang sangat.