Mohon tunggu...
Ilyani Sudardjat
Ilyani Sudardjat Mohon Tunggu... Relawan - Biasa saja

"You were born with wings, why prefer to crawl through life?"......- Rumi -

Selanjutnya

Tutup

Money

Hasrat AS Menguasai Hulu-Hilir Pertanian Indonesia Melalui Transgenik?

19 Juli 2012   04:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:48 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Beberapa hari lalu, baca update status temen fb yang bilangin bahwa 3 Menteri Indonesia bertemu Roger Deacy, mantan Direktur Pangan dan Pertanian AS. Wah, hebat sekali ya orang ini. Bukan level menteri, tetapi bisa ketemu 3 orang menteri indonesia sekaligus! Ada apa gerangan?

Dan setelah ditelisik, ternyata RD ini adalah mantan petinggi di perusahaan MNC yang bergerak di bidang benih transgenik, yaitu Monsanto. Dan sejak beberapa tahun yang lalu, perusahaan ini emang sudah mulai berkiprah di indonesia mengintroduksi benih transgenik di sistem pertanian indonesia. Dan bisa jadi, ini adalah awal penguasaan sistem pertanian indonesia dari hulu ke hilir ke dalam sistem monopoli milik perusahan bersangkutan!

Sebenarnya, masuknya teknologi canggih dalam menghasilkan benih, bisa jadi merupakan hal yang positif dalam mengembangkan sistem pertanian. Tetapi dalam kasus transgenik (benih yang diformulasikan dengan menginsert gen makhluk lain, untuk membuatnya lebih produktif, tahan penyakit, dstnya), sama sekali tidak membawa kebaikan kepada pengembangan kedaulatan pangan indonesia.Penguasaan benih hingga penjualan hasil panen harus diberikan kepada perusahaan bersangkutan. Monopoli dari hulu hingga hilir pertanian!

Produsen benih dan tanaman transgenik terbesar di dunia adalah AS. Dan Monsato (perusahaan dari AS), kalo gak salah mengusai 91% penjualan benih transgenik dunia, sisanya 9% dikuasai oleh Aventis. Jadi bener bener monopoli. Mereka juga menguasai paten benih ini.

Jadi gak mungkin ada negara yang penelitinya bisa independen meneliti tanaman transgenik, kecuali harus bisa dikooptasi perusahaan bersangkutan. Dan ekspansi penanaman transgenik dilakukan di banyak negara berkembang. Indonesia adalah salah satu sasarannya.

Bahkan, awalnya penanaman benih ini malah melanggar rambu rambu perundangan di Indonesia. Itulah yang kemudian digugat oleh temen temen  di koalisi kedaulatan pangan ke pengadilan beberapa tahun yang lalu.  Gugatan yang diajukan menyatakan bahwa penanaman benih tersbeut melanggar UU Lingkungan Hidup, karena tanpa Amdal (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan).

Yang digugat termasuk Monagro Kimia (Monsanto di Indonesia). Gugatan ini kalah di pengadilan, karena emang dari awal indikasi penanaman benih ini penuh dengan nuansa korupsi kepada pejabat (bahkan selevel mentan), maupun nuansa korupsi ke pengadilannya.

Walaupun kalah di pengadilan, ternyata penanaman benih ini gagal di lapangan. Janji produktivitas yang gila gilaan tidak terbukti. Tanaman diserang hama yang lebih ganas. Petani marah dan ketika itu malah melakukan demo ke perusahaan tersebut. Tetapi tetap tidak ada ganti rugi.

Selain itu, regulasi di Indonesia juga mewajibkan pangan yang berasal dari tanaman transgenik  diberi logo atau label sebagai transgenik atau rekayasa genetik. Terutama untuk pangan impor. Inipun, tarik ulurnya luar biasa besar. Maklum, sekitar 80% impor kedelai &  20% (?) impor jagung Indonesia berasal dari AS, yang diduga adalah transgenik. Jadi emang ada lobi lobi tingkat tinggi untuk menggagalkan adanya pelabelan tersebut.  Massa mau dianggap aman, tetapi ngasih logo atau informasi aja gak mau?

Dan kini, kehadiran sang mantan USDA dengan 3 mentri Indonesia itu, apakah ada makna lainnya? Bahwa kiprah mereka mulai lagi dengan ekspansifnya melakukan penanaman transgenik? Dan berhadapan dengan petani lokal, benih lokal, kelompok yang semakin termarjinalkan ini? Menggerus kedaulatan petani dan kedaulatan pangan lokal Indonesia.

Link terkait: Bertani Secara Organik, Membuat Petani Mandiri

Ya sudah, Salam Kompasiana!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun