Sekarang memang lagi di Dubai. Transitnya lama bener, 10 jam, menunggu penerbangan ke Kairo. Disini saya ketemu 2 TKW yang hendak transit ke Riyadh. Namanya Desi dan Nur.
Desi, asalnya dari Sukabumi. Sudah 9 tahun bekerja di Riyadh. Tetapi sekarang sudah bukan lagi sebagai pembantu rumah tangga, tetapi sudah jadi perawat di Rumah Sakit. Wah, kok bisa ya?
Ya itulah, kata Desi, majikannya emang baik banget. Dia yang mengurus semuanya hingga Desi bisa kerja di RS. Awalnya hanya magang saja, terus sekarang sudah tetap di RS. Di RS ini, dokter dan pasiennya semua perempuan. Ada 3 dokter, satu asli Saudi pake cadar, satu lagi orang Mesir, pake kerudung, satu lagi orang Syiria, gak pake kerudung. Dan pasiennya pun perempuan semua. Desi membantu dokter dokter ini secara bergantian.
'Alhamdulillah, mbak, mereka baik baik. Kerja saya juga dihargai. Katanya rajin, bersihan dan rapihan. Jadinya saya suka dikasih bonus juga," kata Desi. Dan gajinya juga jauh lebih tinggi. Kalau gak salah, Desi menyebut 2300 riyal Saudi. Wah, aku gak lihat kurs sih. Itu belum termasuk bonus yang didapat.
Miris memang, di Indonesia, keluarga butuh pendapatan. Yang dikirim kerja perempuan, tetapi secara informal. Kalau sebagai perawat, paling tidak ada hak haknya yang diberi, seperti hari libur, dan jam kerja yang tertentu. Dan miris juga, melihat di bandara Dubai ini, hampir semua penjaga kasir dan counter adalah orang Pilipina. Padahal aku yakin tingkat pendidikannya juga seadanya, tetapi ya itu, mereka lebih bisa bahasa inggris dan lebih terlatih dari orang Indonesia. Coba, yang ngisi itu orang indonesia, bangsaku. Rasanya, entah deh, lebih terlindungi dan terjamin saja hak haknya, dan tentu juga lebih sejahtera....
Oh iya, kalau mbak Nur, satunya lagi, asli dari Semarang...mbak Nur sudah 4 tahun kerja di Riyadh, dan tetap melakoni kerja sebagai PRT. Tetapi, dia bisa betah 4 tahun juga karena majikannya emang baik sih. Duh, mbak Nur, kadang kubayang juga, dirimu lah yang menjaga salah satu counter di Dubai sini...jadi hidupmu bisa meningkat juga seperti mbak Desi....
Ya sudah deh. Salam Kompasiana!