[caption id="attachment_124231" align="aligncenter" width="597" caption="Main Bola Seadanya. Foto by Muassis Andang"][/caption] Hari Anak, selalu merefleksikan pemenuhan hak anak atas kebutuhan dasarnya. Hak atas kebutuhan sosial, kebutuhan atas rasa cinta dan kasih sayang, kebutuhan untuk aktualisasi diri dan untuk mengekspresikan dirinya. [caption id="attachment_124232" align="alignleft" width="300" caption="Anak anak main di Got. Foto by Muassis Andang"]
13113024881314464949
[/caption] Nah, salah satu pemenuhan kebutuhan itu, tentu dengan menyediakan tempat bermain yang layak bagi anak. Tempat bermain membuat anak berinteraksi sosial dengan teman temannya dan berani mengekspresikan dirinya. Sayang, di kota kota besar seperti Jakarta gini, ruang terbukanya semakin berkurang. Semakin sedikit tempat terbuka yang bisa menyediakan tempat bermain bagi anak. Jakarta kota yang tidak ramah bagi anak. Kalau anak mampu, ya bisa main ke mall. Disini aneka games tersedia. Atau kalau sewa lapangan untuk futsal, main basket juga bisa. Tapi kan bayar. Adalagi permainan yang sungguh bisa membuat anak mengekspresikan dirinya mau jadi apa, seperti kidzania, tetapi ampiun deh, masuknya mahal bener. Rp 150 ribu per orang! termasuk untuk dewasa yang cuma ngantarin doank. Tetapi untuk anak miskin? Ya mainnya sekedar lapangan yang ada. Bisa juga got dijadikan tempat mainan, atau dekat tempat sampah. Tetapi, tentu main disini bahaya banget. Benar benar bentuk 'kekerasan' sistem perkotaan kepada anak. [caption id="attachment_124233" align="aligncenter" width="597" caption="Bermain Dekat Sampah. Foto by Muassis "]
13113026541334441196
[/caption] Nah, mumpung Jakarta mau pilgub, hayyo siapa Calon Gubernur yang mau menjadikan Jakarta kota yang Ramah pada Anak? Mau menyediakan tempat bermain, lapangan terbuka yang banyak dan gratis? Salam Kompasiana!
