Mohon tunggu...
Ilya Ainur
Ilya Ainur Mohon Tunggu... Guru - Penyusun Aksara | SCHOOL COUNSELOR

saya ingin menulis lagi dan terus menulis sampai akhir

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Riak Air

5 Januari 2019   10:59 Diperbarui: 5 Januari 2019   11:40 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dia punya sesuatu ketakutan yang buatku geleng-geleng kepala. Jadi, dia itu takut sekali dengan seorang bapak-bapak yang tinggal satu kampung dengan kami. Dan kebetulan bapak-bapak itu gemuk, jadi dia takut sama bapak itu karena gemuk. 

Aduh lucu sekali jika mengingatnya. Teringat saat dia disuatu malam datang ke rumahku untuk menonton tv, dan bapak itu kebetulan sedang bertamu malam itu. Jadi setelah melihat bapak itu dia lari ketakutan dan pulang. 

Tetangga di sekitar rumah mengenal kami sebagai teman yang tak terpisahkan. Sampai ada yang bilang jika melihat kolam ikan samping rumahku akan mengingat aku dan dia katanya. Dan dia harus pergi lebih dulu dariku. Dia meninggal saat praktek di sekolahnya kebetulan dia SMK dulu. Dia meninggal saat kelas dua. Aku selalu mendoakan mu di sini wahai teman kecilku yang telah hiasi hari-hariku.

Singkat cerita lagi, diusiaku 20an aku divonis dokter terkena penyakit syaraf di tulang belakang. Jadi ada tulangku yang retak dan menjepit salah satu syaraf yang terhubung ke tulang belakang. Yang membuatku kesakitan jika beraktivitas telalu banyak, terlalu jalan banyak, terlalu capek dan kedinginan. 

Jika sedang terasa, aku akan merasakan seluruh tubuhku seperti linu, tak bisa digerakkan terkadang sampai tak bisa jalan. Jika sudah linu aku seakan ingin membantingkan badanku biar linunya tidak terasa. Dokter menyarankanku untuk memakai korset kesehatan setiap hari. Dan itu membuatku sesak tak bebas bergerak. 

Setiap harinya pula aku harus minum obat sebanyak 4 kapsul, dua kali sehari. Menyuruhku untuk ronsen. Setelah ronsen kemudian ada hasilnya. Dokter mangatakan jika sakitnya semakin parah aku harus operasi. Seketika duniaku gelap, runtuh, linu yang ku rasakan semakin menjadi. 

Bu dokter memberikan saran untukku. Yaitu sebuah terapi yang bisa sedikit menyembuhkan penyakitku yaitu renang. Seketika aku berkaca terhadap kisah-kisah di atas. Tentang diriku yang sekarang yang sama sekali tidak menyukai renang. 

Saat menulis ini, aku duduk di pinggiran kolam renang. Menunggui seseorang yang memiliki hobi renang. Berharap aku menjadi ingin renang lagi, suka renang lagi seperti diriku di waktu SD. Demi kesembuhan, namun aku belum mau dan belum bisa. Mungkin nanti suatu saat aku mau untuk memulainya lagi. 

Tapi entah kapan, semoga dengan selalu menemani dia renang aku menjadi mau lagi. Sebenarnya aku juga ingin masuk ke kolam itu, riak airnya seperti segar untuk tubuh ini. Seperti nyaman untuk sekedar berendam. Tapi untuk suatu alasan aku belum mau, aku belum bisa masuk ke sana. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun