Mohon tunggu...
Ilham Saputra
Ilham Saputra Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Yang diucapkan akan lenyap, yang ditulis akan abadi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Siswa itu Manusia, bukan Robot

10 Desember 2020   20:00 Diperbarui: 10 Desember 2020   20:01 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sistem pendidikan dasar yang ada di seluruh sekolah Indonesia menyamaratakan siswa-siswi untuk menguasai berbagai mata pelajaran yang diajarkan. Dari menghitung, menganalisis, serta mampu untuk menghafal semua kategori-kategori pelajaran di sekolah.

Ditambah lagi dengan kurikulum negara kita yaitu kurikulum 2013 yang mana sistem pembelajaran pada kurikulum tersebut lebih menekankan kepada siswa untuk lebih aktif dibandingkan dengan guru-guru yang mengajar. Hal ini jelas sangat menyita waktu siswa dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum KTSP yang terbilang “agak” santai dikarenakan guru masih diberi kewajiban untuk menerangkan materi kepada murid disekolah.

Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Prof. Dr. Mukhneri Mukhtar, M.Pd memberikan rekomendasi kepada Kementerian Agama Republik Indonesia. Rekomendasi tersebut berkaitan dengan sistem pembelajaran yang perlu diterapkan di berbagai jenis sekolah umum.

Menurut Mukhneri, sistem pembelajaran di berbagai sekolah ini masih cenderung memaksa dan menekankan pada bidang prestasi akademik saja. Hal itu menyebabkan siswa dipaksa  menguasai semua mata pelajaran yang diajarkan.

“Memang ini bukan hanya di madrasah, tetapi di sekolah-sekolah umum juga banyak begitu. Padahal mestinya tidak seperti itu. Siswa tidak boleh dicekoki semua pelajaran dan diminta harus menguasai semuanya. Jika dipaksakan seperti itu, boleh jadi nantinya siswa tidak bisa menguasai satu pun mata pelajaran,” kata Mukhneri.

Menurut Mukhneri, seharusnya ada pengarahan pada berbagai bidang yang diminati sehingga yang dipilih nantinya akan sesuai dengan kemampuannya. Beliau juga menyampaikan bahwa metode pembelajaran sebaiknya jangan hanya difokuskan pada akademik saja. Mengingat bahwa siswa memiliki berbagai kemampuan yang berbeda-beda. Kemampuan yang ada tidak boleh diabaikan oleh pihak sekolah tetapi harus dikembangkan, ujarnya.

“Pendidikan di barat sering kali menekankan pada fokus. Bukan berarti siswa di sana ketika di sekolah hanya diajarkan satu disiplin ilmu saja. Tetapi, ada spesifikasi pada bidang yang lebih diminati. Sehingga bagi masing-masing siswa di situ ada prioritas,” jelasnya.

Menyambung pernyataan beliau, penulis juga sependapat bahwa kemampuan siswa bukan hanya dibidang akademik saja. Kemampuan siswa bisa dalam bentuk di luar pembelajaran sekolah. Seharusnya perlu di tekankan kepada siswa agar senantiasa tidak terlalu terpaku dengan pembelajaran yang banyak dan mungkin membosankan.

 Di samping itu tidak dipungkiri juga bahwa kualitas pengajar juga harus ditingkatkan, jika siswa dituntut mampu menguasai semua mata pelajaran, maka guru pun harus memiliki kemampuan untuk menguasai semua mata pelajaran yang notabenenya hal itu sama saja seperti guru ketika mengajar anak SD.

Jika memang sistem pembelajaran yang dialami oleh siswa di sekolah umum merupakan sistem pukul sama rata. Bukankah hal itu tidak berkesinambungan dengan kenyataan yang ada di lapangan?

Seperti di sebuah perusahaan, seorang karyawan di bidang layanan customer service tentunya tidak mungkin harus menguasai di bidang administrasi. Hal ini tidak masuk akal jika dikaitkan dengan kenyataan yang ada saat ini. Bukankah hal ini sama dengan kegiatan militer para tentara yang mana semua orang harus memiliki kesamaan fisik dan mendapatkan latihan keras sama rata? Apa bedanya siswa dengan militer? Apa bedanya siswa dengan robot?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun