Pernah nggak sih, kamu lagi serius belajar, lagi ngebangun sesuatu dari nol, atau lagi kerja keras buat ngubah hidup, tapi, di tengah jalan, kamu tergoda buat posting di media sosial: "Stay tuned, something big is coming!" atau "Doain ya, lagi ada proyek besar."
Yap, kita semua pernah. Ingin orang tahu bahwa kita sedang berjuang. Bahwa kita nggak main-main. Bahwa kita punya mimpi besar dan lagi kerja keras mewujudkannya. Tapi di balik semua itu, ada satu pertanyaan sederhana: memangnya perlu?
Zaman sekarang, pamer proses sudah jadi semacam budaya. Scroll media sosial, kita bisa lihat orang update tiap langkah hidupnya, dari mulai diet, belajar saham, bangun bisnis, sampai sekadar ikut webinar. Semua dibagikan. Semua diumbar. Seolah proses itu jadi bagian dari identitas, semakin keras usahamu, semakin valid eksistensimu.
Tapi, apa iya begitu?
Tidak Semua Harus Tahu
Kita hidup di era keterbukaan. Oversharing dianggap normal. Tapi semakin ke sini, aku mulai sadar: "tidak semua hal perlu dibagikan". Â Ada proses yang lebih baik disimpan untuk diri sendiri. Bukan karena kita malu, tapi karena kita ingin melindungi fokus dan semangat yang sedang dibangun.
Terlalu banyak bicara kadang bisa jadi jebakan. Kita jadi sibuk menjelaskan, sibuk mengabari, sibuk memastikan bahwa orang lain tahu apa yang sedang kita kerjakan, sampai lupa bahwa yang paling penting adalah menyelesaikannya.
Dan ironisnya, makin banyak kita bicara, makin besar pula ekspektasi dari orang lain. Kalau kita gagal, ada tekanan. Kalau kita berhenti di tengah jalan, ada rasa malu. Padahal sebenarnya, kita hanya ingin mencoba.
Validasi yang Tidak Perlu
Jujur saja, kadang kita cerita soal proses bukan karena ingin berbagi, tapi karena ingin diakui. Kita ingin orang tahu bahwa kita produktif, kita berkembang, kita pantas dipuji. Kita cari validasi lewat komentar dan likes.