Mohon tunggu...
Ilham Firmansyah
Ilham Firmansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa semester akhir yang menyukai warna biru dan kegiatan outdoor.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Pengalaman Yang Tak Akan Terlupakan, Cerita Kami Mendaki Gunung Andong

11 Februari 2025   22:56 Diperbarui: 11 Februari 2025   23:19 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kami bersiap memulai pendakian gunung Andong via Pendem

Suatu hari di bulan Februari tahun 2025, Aku, Aid, Amir, Azymah, Nabila dan Sabila memutuskan untuk mendaki gunung Andong yang berada di Kabupaten Magelang. Dikalangan pendaki, gunung Andong tentu sudah tak asing lagi, yaps...gunung yang memiliki ketinggian 1726 meter di atas permukaan laut (MDPL) ini cukup menarik dan ramah untuk mereka yang baru memulai kegiatan pendakian. Secara geografis, gunung Andong terletak diantara Desa Ngablak dan Tlogosari, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang. Sabtu pagi, kami yang berjumlah enam orang dengan empat motor bersiap untuk berangkat ke Basecamp Pendem. Aku dan Aid memilih untuk mengendarai motor sendiri-sendiri. Perjalanan dimulai sekitar pukul 06.40 WIB, kami berangkat dari kota semarang kira-kira akan menempuh jarak 70 km serta memakan waktu dua jam untuk sampai Basecamp.

            Baru sepuluh menit berjalan, motor Aid mengalami masalah dan terpaksa harus dititipkan di Koramil terdekat, lalu ia ikut numpang di motorku. Kami berangkat memilih lewat jalur Sumowono-Magelang, ditengah perjalanan gerimis terasa sedikit membasahi baju dan celanaku. Kurang lebih sudah satu jam berjalan, kami memutuskan untuk berteduh di Indomaret sekaligus membeli logistik pribadi. 20 menit berlalu, kami melanjutkan perjalanan yang nampaknya sudah memasuki wilayah kabupaten Magelang. Kondisi jalan yang mulai banyak menanjak cukup memberatkan motorku, apalagi sekarang kami satu motor berdua. Benar saja, ditengah tanjakan yang cukup curam ban belakang motorku bocor, terpaksa kami turun lagi untuk mencari tukang tambal ban. Tidak jauh dari situ, terdapat bengkel yang sudah buka, setelah hampir satu jam menunggu, akhirnya motorku sudah siap dikendarai lagi. kami pun melanjutkan perjalanan yang kurang dari sembilan kilometer lagi.

            Setelah istirahat dan melakukan registrasi kurang lebih 20 menit di Basecamp, tepat pukul 10.50 kami mulai mendaki gunung Andong via Pendem. 10 menit berlalu,  sampailah di percabangan jalur selatan dan utara, kami memilih jalur selatan untuk naik dilanjutkan jalur utara untuk turun. Disini vegetasi masih cukup rimbun yang didominasi oleh pohon pinus serta beberapa pohon pakis. Sudah menjadi kewajiban pendaki untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan, tidak merusak flora dan fauna, serta menjaga etika yang telah ditentukan. Ini adalah pendakian pertamaku ke gunung ini, namun sebelumnya sudah delapan kali melakukan pendakian, jadi tidak terlalu menyulitkan untuk ku pribadi. Berbeda denganku, Sabila terlihat sangat kesulitan dan beberapa kali hampir menyerah, maklum saja ini merupakan pendakian pertamanya, jadi kami harus memotivasi dan membantunya agar tidak menyerah di tengah jalan, semoga gak kapok naik gunung ya bila xixixi. Setelah berjalan santai kurang lebih 30 menit, sampailah di Pos 1 "Mantenan", kami istirahat sebentar sambil menikmati makanan yang telah dibawa. Terlihat beberapa pendaki sudah mulai turun dan tak lupa kami pun saling bertegur sapa.

            

hutan pinus sebelum pos 1
hutan pinus sebelum pos 1
pos 1 Mantenan
pos 1 Mantenan
Pendakian dilanjutkan untuk menempuh ke pos selanjutnya, kurang dari 45 menit kami telah sampai di Pos 2 "Watu Gambir". Seperti biasa, kami istirahat sebentar untuk mengisi perut dan stamina fisik. Perjalanan semakin berat, disamping kondisi fisik yang mulai lelah, jalurnya juga semakin menanjak, beberapa kali kami istirahat di tengah jalur untuk mengatur napas. Sebelum Pos 3 terdapat mata air, kami pun istirahat sambil mengisi persedian air yang sudah mulai berkurang, salah satu hal yang paling menyenengkan ketika mendaki gunung adalah merasakan sensasi minum air dari sumbernya langsung. Entah bagaimana, menurutku air yang diambil dari sumbernya langsung terasa lebih menyegarkan daripada yang dibeli dalam kemasan. Tak jauh dari mata air dengan medan jalur yang semakin menanjak, sampailah di Pos 3. Terlihat masih ada beberapa  pendaki yang bersinggah, akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan pendakian. Di sini vegetasi mulai terbuka yang didominasi oleh tumbuhan alang-alang serta semak belukar, terdapat sebuah makam yang bisa digunakan untuk istirahat dan sholat sebelum puncak. Waktu sudah menunjukan saatnya melaksanakan sholat Dzuhur, akhirnya kami sholat dan istirahat di makam itu.

            

kami istirahat di pos 1
kami istirahat di pos 1
Setelah melakukan Ishoma, kami melanjutkan perjalanan menuju Puncak, terlihat sebuah warung yang cukup ramai tepat sebelum Puncak. Sekitar dua jam lebih melakukan pendakian, kami akhirnya sampai di Puncak Andong 1726 Mdpl. Di ketinggian aku kembali tersadar, mendaki gunung adalah kegiatan menyiksa kaki, tapi di saat bersamaan adalah menyembuhkan hati, melelahkan bagi tubuh tapi juga menguatkan jiwa, mendekatkan pada keheningan namun juga mendamaikan isi kepala. Dikeranakan cuaca berkabut kami hanya bertemu dua orang, lalu kami minta tolong untuk difotokan dan kami juga secara bergantian memfoto mereka, terima kasih ya mas. Baru sekitar lima menit di Puncak, hujan turun cukup deras disertai angin kencang yang memaksa kami untuk turun dan berteduh di warung itu, memanfaatkannya untuk berteduh sembari membeli makanan, beberapa gorengan serta minuman hangat agar stamina kami segera pulih kembali. Kurang dari satu jam hujan mulai mereda, kami pun bersiap untuk melanjutkan perjalanan, menyusuri jalan setapak yang sangat curam dengan sebutan "Jembatan Setan", kondisi tanah yang basah membuat kami harus ekstra hati-hati agar tidak tergelincir. Setelah berjalan 20 menit dari Puncak Andong, kami tiba di Puncak Alap-Alap, puncak ke-dua yang lebih rendah dari Puncak Andong.

           

foto kami saat berada di Puncak Andong
foto kami saat berada di Puncak Andong
Mendaki gunung merupakan kegiatan yang positif juga menyenangkan. Ditinjau dalam sudut pandang agama Islam, kegiatan ini bisa dijadikan sebagai sarana untuk bersyukur atas apa yang telah Tuhan berikan kepada kita. Badan dan jiwa akan terasa lebih baik ketika kita mendaki, keringat yang keluar sebagai bentuk olahraga untuk menjaga kesehatan tubuh, sementara suasana yang hening dan sunyi juga akan membuat jiwa kita merasa tenang. Selain itu, dalam setiap hembusan angin yang dirasakan, kicauan burung yang terdengar serta panorama yang terhampar di depan mata merupakan cerminan kasih sayang-Nya dan juga terdapat tanda-tanda kebesaran-Nya. Pendakian juga mengajarkan untuk tak mudah menyerah dalam menghadapi rintangan, dan ketulusan untuk menerima segala keterbatasan diri sendiri. Dalam pendakian, kita akan lebih menghargai proses, daripada hanya sekedar hasil. Dalam sudut pandang ini, mendaki gunung bukan hanya sekedar perjalanan menaklukan ketinggian, melainkan juga sebagai perjalanan batin untuk lebih menggenal diri sendiri dan meningkatkan ketakwaan. Semoga setiap usaha yang telah kami lakukan menjadi ibadah dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.    

pemandang setelah menyusuri jalur utara
pemandang setelah menyusuri jalur utara
Merasa cukup sudah istirahat sambil mengambil beberapa foto di Puncak Alap-alap, kami melanjutkan perjalanan turun menyusuri jalur utara. Sepanjang jalur ini, sedikit sekali pendaki yang kami temui, mungkin karena masih gerimis dan langit sudah mulai gelap. Berbeda dengan jalur selatan tadi, jalur ini memiliki tingkat kecuraman yang lebih ekstrem. Sebab itulah, jalur ini memiliki estimasi pendakian yang lebih singkat. Sekitar pukul lima sore kami telah sampai di Basecamp, tepat di belakang Basecamp terdapat sebuah warung yang menyediakan tempat istirahat yang cukup luas, lengkap dan nyaman. Kami akhirnya memutuskan untuk menginap di situ dan memulai perjalanan pulang esok harinya. Demikianlah cerita pendakian kami kali ini, mungkin aku akan merindukannya suatu saat ini. terima kasih banyak, semuanya. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun