Situasi keruwetan itu nyaris tak terlihat dalam dua laga Indonesia di Asian Games. Jarang melihat ada sampai empat pemain Indonesia di kotak penalti lawan. Egy dan Ramai sering menepi. Sementara, dari tengah tak terlihat ada yang menyesaki kotak penalti lawan. Sebab, jika pemain tengah seperti Raehan ikut menyesaki kotak penalti dan Indonesia dapat serangan balik, maka akan bahaya karena tengah kosong, apalagi Egy dan Ramai menurut saya memang bukan pemain yang suka turun ke belakang.
Jadi memang Titan tak mendapatkan apa yang dia bisa lakukan. Mungkin karena koneksi Titan, Egy, dan Ramai belum terasah. Sebab, mereka datang dan langsung main. Jadi selama koneksi di lini depan itu tidak terjalin dengan maksimal, sepertinya sulit membuat gol.
Individu
Ketika Indonesia mengalahkan Kyrgyztan, saya langsung ingat Indonesia kalah dari Qatar 5-6 di Piala Asia U19 tahun 2018. Kita ingat dulu soal Indonesia vs Qatar lima tahun lalu. Saya masih ingat Indonesia babak belur secara pemainan melawan Qatar.
Pola kerja sama tidak terjalin dengan baik. Tapi mengapa Indonesia bisa membuat lima gol? Jawabannya adalah aksi individu. Lima gol Indonesia ke gawang Qatar waktu itu murni aksi individu. Tiga gol tercipta dari tendangan bebas dan dua gol dari aksi meliuk-liuk Todd Ferre.
Jadi, tim Indra Sjafri kala itu tertolong dengan aksi individu. Lalu saya kemarin lihat saat lawan Kyrgyztan. Berapa peluang yang tercipta dari kerja sama? Seingat saya di babak pertama nyaris tak ada peluang. Gol Indonesia kemudian terjadi karena aksi individu Ramai Rumakiek dan blunder pemain belakang Kyrgyztan yang berujung pada gol Hugo Samir.
Artinya apa? Ketika sistem tidak berjalan, tim Indra Sjafri ditolong oleh aksi individu. Satu contoh lagi selain dua laga itu adalah ketika Indonesia mengalahkan UEA di Piala Asia U19 tahun 2018. Gol dibuat Witan Sulaiman. Gol tercipta karena salah kontrol pemain UEA.
Jadi, ketika sistem permainan tak berjalan dengan baik, aksi individulah yang bicara. Dengan melihat dua laga sebelumnya, saya tak terlalu yakin Indonesia bisa membuat gol melalui sistem permainan melawan Korea Utara. Mungkin Indonesia akan menang melawan Korea Utara dengan aksi individu atau kesalahan pemain Korea Utara. Jika nanti sudah unggul melawan Korea Utara, maka parkir bus lah. Mungkin begitu? Entahlah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI