Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Melupakan akun lama yang bermasalah

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Hanya Melongo Diburu Caleg dan Seorang Tim Suksesnya

1 Februari 2023   19:25 Diperbarui: 1 Februari 2023   19:29 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto: kompas.com/mahdi muhammad

Jelang Pemilu 2009, aku masih di Jakarta, membanting tulang. Ke sana ke mari aku menunggang sepeda motor.

Pelat sepeda motorku berawalan huruf G. G adalah pelat motor untuk daerah eks Karesidenan Pekalongan, meliputi Pekalongan, Tegal, Brebes, Pemalang, Batang.

Jadi sekalipun keliling Jakarta, pelat motorku kala itu G. Nah, satu hari, jelang petang aku ada di tepi jalan berhenti sebentar. Aku lupa kenapa waktu itu berhenti sebentar.

Kala itu, gerimis tipis tipis. Tiba-tiba, ada pesepeda motor berboncengan mendatangiku. Keduanya turun dari sepeda motor.

Yang satunya bicara pakai bahasa Tegal padaku, tapi aku translete saja. Kira-kira dia bilang begini padaku.

  "Nah ini dia saudara kita orang Tegal (karena lihat pelat nomor kendaraanku G). Begini, saudara kita (sesama Tegal) akan nyaleg di DPRD Jakarta. Kamu aku beri gambar, stiker, kalender. Silakan bagi ke saudaramu, jangan lupa ya. Ini calonnya (sembari menunjuk satu orang lagi yang dia boncengkan)," katanya.

Yang ditunjuk alias si caleg, langsung berdiri tegap coba berwibawa, memakai peci. Wajahnya yang tadi cengengesan tiba-tiba dibuat seberwibawa mungkin. Aku mau ketawa tapi takut dosa.

Aku belum sempat berbicara apapun. Keduanya langsung pamit pergi. Memberiku tumpukan stiker, poster, dan kalender yang dimasukkan plastik besar.

Aku hanya bisa melongo. Tak kenal, tak tahu, apalagi KTP ku bukan KTP Jakarta. Hanya modal lihat pelat motorku G, langsung mengatakan aku sebagai orang Tegal. Lalu aku langsung diberi stiker, kalender, poster.

"Kampanye macam apa ini," batinku.

Sebenarnya aku bisa saja membuang semuanya di jalan. Tapi, tak enak hati juga. Lagipula terlalu banyak kertasnya jika dibuang di jalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun