Timnas Indonesia U-23. Foto: pssi dipublikasikan kompas.com
Timnas Indonesia U-23 dipermak Vietnam U-23 tiga gol tak berbalas. Permainan Indonesia juga buruk.
Di babak pertama, Indonesia praktis hanya bermain dengan satu gelandang yakni Ricky Kambuaya. Sementara Marc Klok dan Rachmad Irianto lebih sering terlihat di belakang.
Bahkan, Klok paling lebih sering terlihat di belakang. Klok seperti kebingungan mengalirkan bola. Lha, bagaimana mau dialirkan ketika di sisi gelandang hanya ada Kambuaya.
Sementara, Egy, Irfan, dan Saddil menggantung di depan. Saddil bahkan sangat menggantung di depan. Jarang melihat Saddil turun ke belakang.
Oiya satu lagi, Irianto malah saya tak terlihat aksinya. Seperti menghilang di babak pertama. Sekarang bayangkan. Hanya dengan Kambuaya di tengah, bisa apa?
Misalnya, bola dari Klok diberikan ke Kambuaya. Ya praktis bisa direbut karena banyak pemain tengah Vietnam. Kambuaya belum mengalirkan ke samping atau ke depan, sudah bisa diantisipasi.
Ketika Klok seperti kebingungan, pilihannya hanya dua. Dia mengalirkan bola di garis belakang, atau mengumpan lambung ke depan. Kalau umpan lambung ke depan, kemungkinan gagalnya besar karena Saddil dan Egy, ukurannya tak tinggi.
Makanya, Klok hanya berkutat memberi bola ke pemain belakang. Bola tak mengalir ke depan. Mau mengalir bagaimana kalau tengahnya hanya satu orang dan penyerangnya menggantung?
Situasi tak berubah ketika Irianto ditarik dan digantikan Syahrian. Pola di depan tetap memakai tiga penyerang. Ya sama saja, jika gelandangnya kalah, bola tak akan mengalir ke depan.
Cuma bedanya, Witan lebih mau turun daripada Saddil. Ronaldo kebingungan karena memang sulit dapat  bola. Ketika situasi tengah dan depan tak bagus, maka belakang pun tinggal menunggu waktu remuk.