Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Chile Kesulitan Regenerasi, Kolombia Kehilangan Tukang Taktik

31 Maret 2022   06:32 Diperbarui: 31 Maret 2022   06:34 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alexis Sanchez (kanan). Foto: alberto valdes/afp dipublikasikan kompas.com

Chile dan Kolombia gagal lolos ke Piala Dunia 2022. Keduanya tak bisa masuk lima besar klasemen akhir kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Amerika Selatan. Padahal, dalam beberapa tahun lalu, kedua tim ini adalah kuda hitam yang merepotkan.

Kenapa Chile gagal?

Chile membetot perhatian publik ketika juara Copa America 2015 dan Copa America Centenario 2016. Saat itu mereka diisi pemain hebat yang disebut generasi emas sepak bola Chile.

Generasi emas itu di antaranya Alexis Sanchez, Eduardo Vargas, Claudio Bravo, Arturo Vidal, Gary Medel, Mauricio Isla, Charles Aranguiz. Bahkan Vargas menjadi topskor untuk ajang Copa America 2015 dan Copa America Centenario 2016.

Tapi, generasi emas ini mulai menua. Sebagian mereka juga bermasalah secara mental. Ketika generasi emas ini menua, Chile seperti kesulitan menemukan pengganti.

Tengok saja, saat ini Claudio Bravo yang sudah berumur 38 tahun, masih jadi andalan Chile. Jika pun dia tak main lawan Uruguay di laga pamungkas kemarin, itu karena hukuman akumulasi kartu.

Nama-nama seperti Alexis Sanchez (33), Gary Medel (34), Mauricio Isla (33), Arturo Vidal (34), Charles Aranguiz (32) masih jadi starter di laga lawan Uruguay.

Bahkan, mungkin saking sulitnya mendapatkan pengganti generasi emas, Chile menggaet pemain keturunan Ben Brereton Diaz. Lelaki keturunan Chile yang hidup di Inggris dan tak bisa berbahasa Spanyol. Ben didapuk jadi striker.

Sebenarnya tanda-tanda meredupnya generasi emas ini sudah terlihat empat tahun lalu. Chile gagal lolos ke Piala Dunia 2018. Namun, tak ada perubahan signifikan untuk menuju kualifikasi Piala Dunia 2022. Mereka yang sudah berumur itu masih saja diandalkan.

Hasilnya, ya seperti saat ini. Sebenarnya Chile bisa mengkader para pemain muda lebih awal. Sehingga bisa berkolaborasi dengan senior, tentu saja dengan jumlah pemain muda yang lebih banyak. Contohlah seperti Argentina yang hanya menyisakan dua senior di starter yakni Messi dan Otamendi.

Bagaimana Kolombia?

Harus diakui, Kolombia bangkit ketika dilatih Jose Pekerman. Kolombia sempat absen di tiga Piala Dunia yakni 2002, 2006, 2010. Padahal di tiga Piala Dunia sebelum itu, Kolombia selalu lolos.

Setelah Pekerman ambil alih Kolombia, maka tim tersebut bangkit. Kolombia mampu lolos ke Piala Dunia 2014 dan 2018.

Lebih bagusnya lagi, pada 2014 adalah capaian terbaik Kolombia yakni bisa sampai perempatfinal. Bahkan pemain Kolombia James Rodriguez mampu jadi pencetak gol terbanyak turnamen. Itu adalah kali pertama orang Kolombia jadi topskor Piala Dunia.

Pekerman juga bukan sosok kaleng-kaleng. Dia pernah membawa Argentina juara Piala Dunia U-20 tahun 1995, 1997, dan 2001.

Nah, setelah Pekerman pergi, Kolombia seperti kehilangan magis tukang taktik. Carlos Queiroz yang jadi pengganti Pekerman, tak bertahan lama. Dia dipecat karena trun buruk Kolombia di kualifikasi Piala Dunia 2022.

Reinaldo Rueida yang jadi pengganti, tak banyak membantu. Alhasil Kolombia gagal lolos ke Piala Dunia. Masih ada waktu bagi federasi sepak bola Kolombia untuk menata timnas.

Setidaknya, carilah pelatih yang pas dan berkualitas. Sehingga, Kolombia bisa kembali hadir di Piala Dunia empat tahun depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun