Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Melupakan akun lama yang bermasalah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Wakil Rakyat Itu Bikin Ngakak

28 September 2020   14:41 Diperbarui: 28 September 2020   14:56 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto hanya ilustrasi. KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO

Aku hanya ingin bercerita ketika aku terlempar di negeri antah berantah. Mulanya, aku disekap, dipingsankan. Lalu di negeri antah berantah inilah aku terdampar.

Aku pungut cerita-cerita yang masuk memoriku soal wakil rakyat negeri itu. Para wakil rakyat, tak semuanya berpendidikan tinggi. Ada yang sekolah dasar saja tak lulus. Lulusan sekolah setara TK pun boleh jadi wakil rakyat. Kenapa? Karena rakyat sudah muak dengan mereka yang bertitel tapi tukang tipu.

Ya sebenarnya yang bertitel dan tukang tipu itu paling hanya 30 persen. Tapi itu sudah membuat rakyat muak. Akhirnya asal bersih, maka boleh jadi wakil rakyat. Alhasil, ya seperti rentetan cerita di bawah ini.

Gladi Bersih

Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri ketika para wakil rakyat itu baru terpilih. Ceritanya, mereka diminta gladi bersih di sebuah aula ruang wakil rakyat yang luas itu untuk pelantikan. Nah, satu hari sebelumnya gladi bersih itu sudah diumumkan melalui lisan dan surat.

Di hari H gladi bersih beberapa wakil rakyat datang memakai pakaian paling rapi. Tapi sebagian dari mereka yang tak paham, datang dengan membawa sapu, cangkul, arit, palu. "Ini di mana yang mau dibersihin," kata salah satu wakil rakyat yang baru datang. Mereka ternyata tak paham beda gladi bersih dan bersih-bersih lingkungan.

Interupsi

Saat rapat besar pertama itu, berlangsung sengit membahas anggaran. Hujan interupsi pun muncul. Tarman, wakil rakyat yang lulusan PAUD dan jujur itu kemudian menyela.

Ceritanya sang Ketua, bernama Kamdani meminta agar rapat dipending karena sudah masuk waktu beribadah. Di tengah keinginan rapat untuk dipending itu, Tarman berdiri dan menyalakan pengeras suara.

"Interupsi pak ketua," kata Tarman dengan keras. Sontak para wakil rakyat tercengang karena Tarman menginterupsi niat ketua untuk memending rapat guna beribadah. Semua mata tertuju Tarman.

"Interupsi! Saya setuju dengan pendapat pak ketua," kata Tarman tanpa merasa bersalah. Tarman merasa plong bisa berbicara di hadapan kolega barunya. "Yes, akhirnya aku bisa interupsi," kata Tarman lirih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun