Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Melupakan akun lama yang bermasalah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Prank Ferdian Paleka dan Kebiasaan "Hanya Reaktif"

6 Mei 2020   06:51 Diperbarui: 6 Mei 2020   06:50 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tubagus (kiri) dan Ferdian Paleka. Instagram @infobandungkota dipublikasikan Kompas.com

Jika YouTuber Ferdian Paleka mencari popularitas, maka kini dia sudah mendapatkannya. Hanya saja, dia populer dengan kesan tidak baik.

Cerita Ferdian adalah cerita berulang yang sering terjadi di negeri ini dan "hanya reaktif" tak menyelesaikan masalah secara mendasar. Tapi, hidup memang tak semudah memberi tanda jempol di aplikasi perpesanan. Ruwet saudara-saudara.

Secara kronologis  sebelum Ferdian, ada aksi YouTuber lain yang dikecam banyak pihak. Dia adalah YouTuber dengan akun hasanjr11. Dia membuat video mengiming-imingi orang puasa dengan makanan dan uang Rp 10 juta agar tak puasa.

Aksi hasanjr11 itu dikecam luar biasa. Tak lama kemudian video itu dihapus dan hasanjr11 meminta maaf. Beberapa hari berselang, Ferdian membuat video yang dikecam.

Ferdian membagi makanan dengan isi sampah. Aksi itu dilakukan ke beberapa orang, termasuk waria. Prank yang dilakukan Ferdian ini menuai kecaman luar biasa. Belakangan, seperti diberitakan detik.com, Ferdian ditetapkan tersangka oleh kepolisian.

Tentu banyak yang mengelus dada dengan aksi anak muda bernama Ferdian dan hasanjr11 itu. Anak muda yang dituding bergurau atau membuat video yang tidak sesuai dengan waktu dan tempatnya. Bahkan juga tak pantas.

Ini bukan hanya tamparan bagi Ferdian dan anak-anak yang setipe dengannya. Saya sepakat dengan dalang Sujiwo Tedjo yang juga meminta kita semua berintrospeksi. Sebab, kita juga menjadi bagian munculnya anak muda yang tak pantas.

Sebab, kita seakan membiarkan anak muda itu membuat prank tak pantas. Kita membiarkan anak-anak yang lain menyukai prank yang jauh dari kepantasan itu. Ketidakpantasan menjamur tak bisa kita bendung. Saya sepakat dengan Mbah Tedjo.

Selain itu, saya ingin mengatakan bahwa kita terbiasa "hanya reaksioner", dalam banyak hal. Pulau kita dicaplok orang, kita reaksioner. Namun, pulau itu jarang kita urus.

Kesenian kita diklaim orang lain, kita reaksioner. Sementara, kita tak menjaga kelestarian kesenian kita. Ada orang korupsi luar biasa, kita marah sebesar-besarnya. Tapi dalam keseharian, kita seperti membiasakan akar akar korupsi merasuki relung diri kita masing-masing.

Apa "hanya reaksioner" itu? Saya membagi dalam dua hal. Pertama "hanya reaksioner" yang muncul karena kita memang tak mau bertindak. Kedua, "hanya reaksioner" yang muncul karena kita hanya bisa seperti itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun