Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Melupakan akun lama yang bermasalah

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Sakit Ringan Saat Ramadan, Ini yang Saya Lakukan

28 April 2020   05:38 Diperbarui: 28 April 2020   05:43 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berkebun. Foto kompas.com/heru dahnur

Saya bukan seorang dokter atau ahli kesehatan. Maka, saya pun tak berhak memberikan rekomendasi tentang bagaimana cara sembuh dari penyakit secara medis.

Saya tak mau melampaui kemampuan sendiri. Nah, yang bisa saya lakukan adalah bercerita tentang diri sendiri ketika sakit ringan menerjang di kala Ramadan.

Sebelumnya saya mencoba mencontohkan sakit ringan versi saya. Kecapean, pusing ringan, sakit perut ringan, adalah jenis sakit ringan. Lebih tepatnya lagi, sakit ringan tak membuat kita berbaring lemah di atas tempat tidur.

Sakit ringan masih membuat kita bisa beraktivitas. Jika saya sakit ringan di masa Ramadan, saya masih berpuasa. Saya meyakini bahwa sakit ringan tak mengganggu kekuatan diri sendiri untuk menahan lapar dan dahaga.

Tapi tentu saja saya garis bawahi, jika sakit ringan itu makin memburuk, saya akan langsung mencari jalan pintas. Saya akan membatalkan puasa daripada sakit makin memburuk. Saya akan membayar utang puasa itu di lain waktu.  

Tapi tentu saja, saya harus jujur pada diri sendiri bahwa sakit itu memburuk. Salah satu pertanggungjawaban terbesar hidup adalah jujur pada diri sendiri. Jangan mengaku sakit memburuk hanya untuk membatalkan puasa.

Kembali ke sakit ringan. Inilah beberapa hal yang akan saya lakukan ketika sakit ringan. Pertama adalah jangan sering-sering istirahat. Saya berpikir bahwa jika tidak sakit parah, makin sering istirahat hanya akan membuat fisik dan mental makin melemah.

Makin sering istirahat membuat malas. Saya pernah cukup lama istirahat. Ketika bangun tidur, kepala malah pusing. Maka, saya berpikir bahwa istirahat yang wajar saja ketika sakit ringan.

Kedua, tetap beraktivitas ringan. Beraktivitas yang ringan bisa membuat pikiran tak terfokus pada sakit ringan yang dialami. Pikiran akan melayang ke aktivitas ringan tersebut. Tentunya aktivitas ringan ini yang bermanfaat.

Aktivitas ringan misalnya adalah menyapu lantai. Bagi saya, menyapu lantai adalah usaha membersihkan lingkungan. Bersih sebagian daripada iman. Saya pikir menyapu bukan pekerjaan berat. Selain menyapu, bagi yang punya kebun bisa berkebun.

Berkebun yang ringan saja. Misalnya, ada tanaman kecil yang bisa mengganggu tanaman pokok kita, maka dicabut saja. Mencabut tanaman kecil atau rumput liar saya pikir bukan pekerjaan yang berat.

Bisa juga mencuci piring. Jika masih ada piring belum dicuci setelah sahur, maka kesempatan beraktivitas ringan. Mencuci piring ya, bukan mencuci baju. Kalau mencuci baju yang jumlahnya banyak, menurut saya sudah masuk kategori aktivitas sedang.

Ketiga, selain aktivitas ringan, maka tetaplah bekerja. Tentu jika pekerjaan itu tidak makin memburukkan kesehatan. Tak ada alasan puasa membuat bermalas-malasan. Tetap saja bekerja diniati karena Tuhan Yang Maha Esa.

Keempat, kalau bisa sempatkan jalan kaki di luar rumah. Jika hidup di kompleks ya berjalan keliling kompleks. Jika hidup di gang, ya jalan di gang. Jika hidup di desa ya jalan-jalan lihat sawah. Kalau bisa pagi atau sore.

Tentu jalan-jalan di masa kini harus dengan persiapan layak mengingat di tengah masa wabah Covid-19. Jika jalan kaki dan berpapasan dengan tetangga silakan saling sapa. Tak harus bicara panjang lebar, cukup menyapa saja. Keramahan itu ternyata bisa menentramkan.

Kelima, siapkan obat. Jadi, obat apa yang dibutuhkan bisa disiapkan. Langkah ini dilakukan untuk membuat kita lebih aman ketika buka puasa tiba. Jadi, setelah berbuka bisa minum obat yang dibutuhkan.

Keenam, jika Anda sudah berkeluarga bercemgkeramalah dengan pasangan Anda. Jika sudah memiliki anak bercengkeramalah dengan anak. Sekalipun anak belum bisa berbicara, diajak bicara yang positif saja karena akan terekam di memorinya.

Bercengkerama dengan keluarga menurut saya bisa mengalihkan fokus kita. Kita tak terlalu fokus pada penyakit ringan kita. Sekali lagi, bercengkerama menurut saya bisa membantu.

Itulah yang pernah dan akan saya lakukan jika mengalami sakit ringan di Ramadan. Sakit dan sehat itu bagian dari hidup. Jalani saja sebagai kealamiahan. Tapi, menurut saya, sekalipun kealamiahan maka berusaha sembuh juga kealamiahan yang harus dilakukan.

Mengutip ulama Gus Baha, jika kita sehat, maka kita bisa mencari nafkah, bisa beribadah. Maka, mengusahakan sehat adalah mengusahakan kebaikan.

Jangan merasa menerima apa adanya tapi tidak konsisten. Contohnya, jika sakit tak ingin berobat karena sakit berasal dari Tuhan. Tapi giliran rezeki diburu sampai larut malam. Padahal, rezeki juga dari Tuhan kan?

Kalau sakit tidak berobat, tapi urusan duit diusahakan. Harusnya kalau sakit tak berobat, kalau rezeki ya tak perlu dicari. Jadi biar konsisten. Atau kalau rezeki diburu, sakit ya diusahakan agar sembuh. Sehat, sakit, dan rezeki itu ketentuan. Tapi usaha itu kewajiban. Eh maaf malah melebar ke mana-mana. Sudah ya, itu saja. Salam bugar selalu. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun