Padahal, hubungan sosial bukan soal seberapa sering disapa di media sosial, tapi seberapa tulus seseorang hadir saat kita butuh di dunia nyata.
Dua Sisi Mata Uang
Media sosial jelas punya sisi positif. Ia bisa memperkuat solidaritas, memunculkan gerakan sosial, dan membuka peluang ekonomi digital. Banyak komunitas lahir dari ruang maya dan berujung pada aksi nyata.
Namun, sisi lainnya juga tak kalah nyata: munculnya budaya pamer, perbandingan sosial, bahkan tekanan mental akibat fear of missing out (FOMO).
Di sinilah pentingnya literasi digital --- bukan hanya soal cara menggunakan media sosial, tetapi juga cara menjaga kewarasan di dalamnya.
.
Media sosial seharusnya menjadi jembatan, bukan pengganti hubungan manusia.
Kita tetap butuh tatapan mata, obrolan hangat, dan kehadiran nyata yang tidak bisa digantikan layar.
Kita bisa menikmati teknologi, tetapi jangan sampai kehilangan sisi kemanusiaan di dalamnya.
Seperti kata sosiolog Rulli Nasrullah (2020), "Teknologi hanyalah alat; manusia tetap pusat dari komunikasi itu sendiri."
Kita hidup di masa di mana batas antara dunia nyata dan maya semakin kabur. Tapi satu hal yang tidak boleh ikut kabur: rasa kemanusiaan dalam setiap interaksi.