Media Sosial dan Perubahan Pola Interaksi Sosial di Masyarakat
(Ketika "Like" Menggantikan Tatapan Mata)
Pernahkah kamu duduk di sebuah kafe, melihat sekelompok orang di satu meja  tapi masing-masing sibuk dengan ponselnya? Mereka tampak bersama, namun sebenarnya sedang jauh. Itulah potret kecil perubahan interaksi sosial di era media sosial.
Dulu, kita mengenal sapaan hangat, tatapan mata, dan tawa yang nyata. Kini, semua itu sering digantikan dengan "emoji", "like", atau komentar singkat di layar. Bukan berarti buruk, tapi cara kita menjalin kedekatan telah berubah drastis.
Dunia yang Terhubung, Tapi Tak Selalu Dekat
Media sosial memang luar biasa. Ia menjembatani jarak, menyatukan teman lama, dan membuka ruang baru untuk bertukar pikiran. Hanya dengan satu unggahan, cerita kita bisa menjangkau ratusan orang dalam hitungan detik.
Namun, di balik kemudahan itu, muncul paradoks baru: semakin sering kita online, semakin sering pula kita merasa sendirian. Sebuah survei Pew Research Center (2023) menyebutkan, lebih dari 40% pengguna media sosial justru merasa kesepian meski punya banyak teman di dunia maya.
Hubungan yang dulu hangat kini terasa lebih "instan"mudah dijalin, tapi juga mudah menghilang.
Media sosial telah mengubah cara kita berinteraksi. Obrolan santai di warung kopi tergantikan oleh chat group, sementara silaturahmi hari raya kini cukup lewat "story" ucapan.
Komunikasi menjadi cepat, praktis, dan global. Tapi, ada sesuatu yang hilang  kedalaman rasa dan makna dalam interaksi itu sendiri.
Tak jarang, kita menilai kedekatan dari seberapa sering seseorang menanggapi unggahan kita.