Ahmad, salah satu pengemudi Maxride yang baru bergabung selama tiga minggu terakhir, mengaku mendapatkan penghasilan yang cukup baik dari pekerjaan ini. "Saya biasanya mulai narik dari pagi sampai malam, kadang sampai dini hari. Kalau ramai, bisa dapat setengah juta sehari," ujarnya saat ditemui di kawasan Malioboro. Jika beroperasi penuh selama 24 jam, Ahmad mengaku bisa meraih penghasilan antara Rp 400.000 hingga Rp 500.000 per hari. Pendapatan ini cukup membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari, terutama di masa ekonomi yang belum sepenuhnya pulih.
Maxride sendiri mulai beroperasi sejak beberapa bulan lalu dan langsung menarik perhatian warga Yogyakarta. Kendaraan ini memiliki desain yang lebih modern dibandingkan bajai konvensional, dengan bentuk yang lebih tertutup dan nyaman. Selain itu, ukuran bajai yang ramping membuatnya mudah bermanuver di jalan-jalan sempit dan gang-gang kecil yang sulit dilalui kendaraan besar. Keunggulan ini sangat bermanfaat di kota seperti Yogyakarta yang sering mengalami kemacetan di pusat-pusat keramaian.
Saat ini, sekitar 80 unit bajai Maxride sudah tersebar di berbagai rute strategis di Yogyakarta. Beberapa rute utama yang dilayani antara lain Terminal Jombor -- Malioboro, Terminal Condongcatur -- Bandara Adisutjipto, dan Terminal Ngabean -- Palbapang. Rute-rute tersebut menghubungkan titik-titik penting seperti pusat transportasi, pusat wisata, dan pusat kegiatan ekonomi warga. Hal ini membuat Maxride menjadi pilihan praktis dan efisien untuk perjalanan dalam kota.
Tarif yang ditawarkan oleh Maxride juga menjadi alasan masyarakat mulai melirik moda transportasi ini. Penumpang cukup membayar Rp 14.000 untuk perjalanan tiga kilometer pertama, dan Rp 3.500 untuk setiap kilometer berikutnya. Tarif ini tergolong ekonomis jika dibandingkan dengan ojek online atau taksi konvensional. Selain harga, kenyamanan dan kemudahan akses menjadi nilai tambah yang dirasakan penumpang. Bajai ini mampu menembus kemacetan dan masuk ke gang-gang sempit sehingga bisa menjangkau tempat yang sulit dijangkau kendaraan lain.
Selain warga lokal, wisatawan juga mulai menjadikan bajai Maxride sebagai pilihan transportasi mereka. Dengan naik bajai, mereka dapat merasakan suasana kota yang lebih dekat dan santai. Moda ini memberikan pengalaman berbeda, khususnya bagi wisatawan yang ingin menikmati perjalanan yang lebih personal dan tidak terlalu cepat.
Para pengemudi Maxride menunjukkan optimisme tinggi terhadap masa depan bajai modern ini. Ahmad berharap agar moda transportasi ini dapat terus berkembang dan semakin dikenal masyarakat. Ia juga menginginkan dukungan lebih dari pemerintah maupun pengelola, seperti fasilitas pemberhentian yang jelas dan promosi yang lebih luas. "Kami siap memberikan pelayanan yang aman dan nyaman untuk penumpang," ujarnya.
Kehadiran bajai Maxride di Yogyakarta menunjukkan bahwa inovasi di bidang transportasi bisa berjalan beriringan dengan kebutuhan masyarakat dan nilai budaya lokal. Bajai modern ini tidak hanya menjadi alat angkut, tapi juga membuka peluang usaha baru bagi pengemudinya dan memudahkan mobilitas warga serta wisatawan.
Dengan tarif terjangkau, rute strategis, serta kenyamanan yang ditawarkan, bajai Maxride berpotensi menjadi solusi transportasi yang cocok untuk Yogyakarta, sebuah kota budaya yang terus berkembang. Kehadiran bajai modern ini melengkapi pilihan transportasi yang ada dan memberikan warna baru dalam mobilitas sehari-hari warga.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI