Kasus meninggalnya driver ojol Affan seminggu lalu masih membekas hingga kini.
Tak hanya menjadi perbincangan di dalam negeri dan akhirnya berujung pada demo besar-besar serta kerusuhan di berbagai kota, tragedi memilukan ini juga memancing keprihatinan internasional. Dunia pun mengutuk peristiwa ini yang terekam jelas melalui beberapa kamera ponsel.Â
Kematian driver ojol Affan juga menjadi titik balik bersatunya banyak elemen masyarakat untuk menggugat banyak hal ke pemerintah dan DPR yang terangkum dalam 17+8 Tuntutan Rakyat di media sosial. Tragedi ini juga menyebabkan kepercayaan dan simpati masyarakat ke insititusi kepolisian benar-benar pada titik terendah. Bahkan, jauh lebih rendah saat Tragedi Kanjuruhan terjadi.
Alih-alih menegakkan aturan dan memperbaiki citranya, kini justru kepolisian Indonesia makin membuat rakyat muak terhadap mereka. Meski tidak secara jelas dilakukan oleh institusi ini, tetapi ada fenomena memilukan yang membuat rakyat makin sesak dan muak.Â
Beberapa waktu belakangan, muncul dukungan terhadap salah satu pelaku pelindasan mobil rantis Polri di media sosial, terutama Instagram dan Threads. Di Instagram, banyak template cerita yang berisi dukungan dan bentuk penghormatan terhadap Kompol Cosmas, salah satu oknum polisi yang berada di dalam mobil rantis tersebut.
Polisi tersebut berada di sebelah Bripka Rohmat, pengendara mobil rantis. Ia diguga bertanggung jawab penuh mengawasi pergerakan kendaraan rantis sehingga sangat berperan andil dalam kematian driver ojol Affan. Ia pun mendapatkan hukuman Pemecatan Dengan Tidak Hormat (PTDH). Sementara, rekannya Bripka Rohmat mendapatkan demosi selama 7 tahun.
Dalam pengakuannya, Kompol Cosmas mengatakan ia hanya menjalankan perintah mengamankan situasi. Ia baru tahu kalau mobil rantis yang ditumpanginya melindas tubuh Affan dari video yang beredar. Pengakuannya inilah yang membuat banyak dukungan muncul terhadapnya, terutama dari anggota kepolisian.
Mereka banyak yang mengunggah dukungan dengan motto Rastra Sewakottama, motto Polri yang berarti Polri adalah Abdi Utama dari pada Nusa dan Bangsa. Motto ini kemudian banyak dijabarkan dalam story para anggota tersebut bahwa tidak ada niat anggota kepolisian untuk membunuh warga. Mereka hanya menjalankan perintah atasan untuk mengamankan. Berbagai dukungan ini bermuara kepada pembelaan bahwa Kompol Cosmas tidaklah bersalah dan tidak patut mendapatkan hukuman PTDH.
Dukungan juga terjadi dalam bentuk petisi terhadap Kompol Cosmas yang ditandatangani oleh ribuan orang. Petisi ini muncul bersamaan dengan aneka story dukungan terhadap dirinya sehingga ada desakan agar hukuman PTDH ditangguhkan.