Perjalanan sekitar 25 menit itu tak terasa karena sepinya jalan. Saya amat menikmati ritme perjalanan bus yang santai tetapi mencoba tepat waktu. Amat berbeda jauh dengan bus TJ reguler yang kerap ngebut untuk mengejar setoran waktu.
Setelah 25 menit perjalanan, saya tiba di Pusat Kuliner Belut Godean. Sejenis pasar khusus yang menjual aneka olahan belut. Bisa jadi, pemberhentian bus di tempat ini adalah untuk menaikkan kunjungan wisata ke sana. Selain tentunya, menghindari perpotongan dengan jalur bus Jogja-Wates di Pasar Godean.
Nah, lantaran belum puas, saya menjajal rute lain dari bus ini yang dimulai dari Bandara Adisucipto. Kalau melihat peta rute bus, rasanya rute bus ini merupakan yang terjauh dengan jumlah pemberhentian terbanyak.
Belajar dari kesalahan sebelumnya, saya bertanya dahulu tempat pemberhentian bus kepada petugas bus TJ reguler. Petugas pun mengarahkan saya ke tempat khusus yang  berada di luar Halte TJ reguler. Di sini, penumpang bisa duduk dengan nyaman sambil menunggu bus datang.
Ini terlihat dari penolakan supir bus untuk menaikkan penumpang di halte tertentu lantaran kapasitas bus mulai penuh. Yah meski bangku bertanda silang masih juga diduduki oleh penumpang, tetapi kapasitas bus yang longgar sesuai ketersediaan tempat duduk benar-benar dijaga.
Penolakan sopir bus ini tentu membuat calon penumpang yang menunggu di halte kecewa. Terlebih, banyak diantara mereka yang datang bersama rombongan keluarga untuk berwisata gratis mencoba bus ini.
Tidak hanya itu, ada juga beberapa calon penumpang yang salah menunggu bus di titik penjemputan. Mereka biasanya bergeser beberapa ratus meter dari halte bus yang semestinya.
Alhasil, jika masih keburu, calon penumpang pun akan berlarian mengejar bus. Kasian juga kalau penumpang busnya simbah-simbah yang membawa barang banyak. Mungkin masukan saja agar pengelola memberi tanda tempat pemberhentian bus agar penumpang bisa menyesuaikan.
Catatan lain yang perlu diperhatikan adalah tidak adanya kondektur di dalam bus seperti TJ reguler. Ketiadaan kondektur ini selain menyulitkan penumpang yang akan beralih ke jalur TJ reguler, juga kerap menyebabkan insiden kecil. Apalagi kalau bukan terburunya sang sopir menutup pintu keluar ketika ada penumpang yang turun.