Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Segudang Manfaat "Planner Tools" bagi Para Pekerja

25 Maret 2020   07:53 Diperbarui: 25 Maret 2020   13:06 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sederet manfaat yang bisa didapatkan saat membuat planner tools|Ilustrasi. - Dokumentasi pribadi

Saya masih beruntung hanya memegang satu macam proyek menulis. Tidak bisa dibayangkan mereka yang memegang banyak proyek menulis tetapi para anggotanya tidak bisa melaksanakan kewajibannya dengan baik. 

Terutama, para PIC yang mengkoordinasi tulisan, baik blog ataupun proyek buku. 

Kadang saya gemes melihat mereka yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana mestinya. Kasihan kan para PIC-nya yang sudah mengorbankan tenaga dan waktunya untuk menunggu demi mengecek tulisan yang terlambat. 

Makanya, memiliki planner tools sangat berguna untuk memudahkan pekerjaan orang lain juga. Kita juga mendapat pahala juga kan.

Tak hanya itu, dengan memiliki planner tools, kita tahu kapan kita harus istirahat sejenak dan memulai aktivitas kembali. Ini penting karena dalam bekerja kita juga butuh waktu untuk istirahat, salat, dan makan. 

Saya sendiri mengakhiri sementara kegiatan saya bekerja dari jam 12 siang hingga jam setengah 3 sore. Saya gunakan untuk makan, salat, dan tidur siang sebentar. 

Alasannya, saya harus bekerja lagi dari sore hingga malam. Kalau tubuh dipaksa terus bekerja dari pagi hingga malam, ya jadinya jatuh sakit. 

Adanya planner tools membuat kita juga bisa mempertimbangkan kelemahan dan kelebihan kita selama bekerja. Saya menganalisis seberapa kapasitas saya dalam bekerja. 

Seberapa banyak saya bisa menyelesaikan tulisan dalam sehari, berapa kata untuk menulis, hingga seberapa kuat saya bolak-balik dari satu tempat ke tempat lainnya. 

Dengan demikian, saya akhirnya tahu porsi saya saat bekerja. Ketika ada sebuah pekerjaan mendesak, saya pun jadi paham seberapa kuat saya menahan beban dari pekerjaan tersebut agar tidak terlalu ngoyo atau malah terlalu santai. 

Kalau boleh jujur, lebih baik saya mengerjakan tugas semampu saya tapi maksimal daripada memaksakan diri mendapatkan banyak pekerjaan namun hasilnya mengecewakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun