Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pijat Refleksi dan Segala Kenikmatan Surgawinya

22 Februari 2020   16:27 Diperbarui: 22 Februari 2020   16:32 2269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penampakan kaki saya kala dipijat. - Dokumen Pribadi

Bulan Februari dan Maret adalah bulan paling sibuk dalam hidup saya.

Mengurusi usaha yang saya rintis di dua kota berbeda membuat badan terasa lebih cepat capai. Frekuensi menaiki kendaraan umum lebih dari 7 jam secara intens juga membuat saya sering merasa pegal. Maka, jika ada waktu luang, saya selalu menyempatkan untuk melakukan servis pada diri sendiri.

Tak lain dan tak bukan, saya memilih untuk melakukan pelayanan terhadap diri sendiri dengan pijat refleksi. Kegiatan ini sebenarnya merupakan kegiatan rutin bulanan. Saya menganggarkan pemasukan saya untuk pijat refleksi atau pun pijat seluruh badan minimal sebulan sekali. Faktor bertambahnya usia menjadi alasan kuat saya melakukannya. Lama-kelamaan, saya kok merasa ada beberapa organ dalam tubuh saya sudah tak berfungsi secara maksimal. Lambung misalnya.

Uniknya, saya tidak punya langganan tetap pijat refleksi ini. Kadang, saya memanggil terapis dari aplikasi Go-Massage. Namun, kegiatan ini hanya bisa saya lakukan saat di Malang. Jika di Tempel-Sleman, tempat saya sekarang, saya selalu kesulitan mendapatkan terapis. Mungkin, mereka banyak yang melakukan kegiatannya di seputaran Kota Jogja saja.

Saya biasanya datang ke tukang pijat di dekat ruko yang saya tinggali karena sang tukang pijat biasanya memberikan servis lebih. Berupa kerokan di punggung yang membuat badan terasa hangat. Walau secara medis kerokan tidaklah baik, tapi apa daya, mengingat badan saya meriang, maka saya pun melakukannya. Tarifnya murah, hanya 50 ribu rupiah saja.

Kalau sedang berada di seputaran Kota Jogja, maka saya lebih memilih panti pijat yang sudah banyak membuka banyak cabang di beberapa kota. Panti pijat ini sudah saya kenal sejak saya berada di Malang dulu. Bagi saya, terapisnya benar-benar profesional. Mereka bisa mengetahui titik-titik refleksi sehingga meski awalnya rasa sakit yang saya rasakan, tetapi akan berlanjut dengan rasa nyaman kemudian.

Mereka tidak terpaku pada satu titik saja di suatu bagian tetapi menyebar ke bagian lain saat memijat. Berbeda halnya dengan pijat refleksi yang saya rasakan di Mall yang pernah menjamur. Bukannya nyaman, tetapi saya merasa badan saya tambah sakit dan njarem.

Memang tidak semua pijat refleksi di Mall seperti itu tetapi dari beberapa kali mencoba, saya mendapakan kesakitan tersebut. Akhirnya, saya jarang menggunakan jasa ini. Kalau terpaksa, biasanya saya mencari tempat pijat yang ramai oleh pengunjung. Saya coba dahulu pijatan sebentar di kaki untuk mengetes apakah pijatan sang terapis enak atau tidak.

Namun, pijat di Mall memiliki kelebihan. Harganya menurut saya lebih murah dan kadang kita bisa memilih terapis yang akan memijat kita. Tak hanya itu, biasanya ada kupon gratis pijatan setelah kita melakukan beberapa kali pemijatan. Saya juga bisa sekalian cuci mata sembari menunggu terapis selesai melakukan pijatan ke pengunjung lain jika masih ramai.

Nah, diantara bagian tubuh yang dipijat, bagian mana yang paling sakit?

Kalau saya, bagian telapak kaki dan jari kakilah yang terasa sangat sakit. Maklum, dari beberapa literatur yang saya baca, bagian tersebut menghubungkan titik-titik saraf organ tubuh tertentu. Jemari kaki biasanya akan berhubungan dengan saraf otak dan mata. Saat dipijit, rasanya seperti ditusuk. Maklum saja, saya yang menggunakan laptop seharian memaksa kedua organ ini bekerja secara terus-menerus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun