Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Adanya Imbauan Pelarangan Atribut Natal, Benarkah Kota Malang Mulai Intoleran?

28 November 2019   08:27 Diperbarui: 28 November 2019   12:51 1435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Jami Malang bersebelahan dengan GPIB Immanuel - Dokpri

Kasus berbeda terjadi beberapa jam lalu. Sebuah unggahan di media sosial memperlihatkan seorang yang kesulitan mencarikan kos untuk putri temannya di Malang. Beberapa kos yang didatangi menolak menerimanya lantaran ia bukanlah seorang muslim.

Unggahan ini pun juga viral. Banyak warganet yang kembali mempertanyakan toleransi umat beragama di Kota Malang. Ada juga ada yang mempertanyakan bahwa unggahan tersebut bisa saja menyulut konflik kembali.

Untungnya, dari balasan yang diberikan pada unggahan tersebut, lebih banyak masyarakat Malang yang membantu untuk mencarikan kos-kosan yang multiagama.

Bahkan beberapa di antaranya, meski beragama muslim, langsung menawarkan diri untuk mencarikan kos secara langsung. Apa yang terjadi ini bisa jadi mematahkan stigma bahwa Kota Malang mulai intoleran.

Nyatanya, warga Malang sendiri dengan antusias menolong orang lain yang kesusahan walau berbeda agama. Banyak di antara mereka lebih berfokus pada mencari kos-kosan tanpa mempedulikan dan mempermasalahkan sebab dari kejadian ini.

Masalah agama memang menjadi masalah yang rawan. Berhati-hati dalam mengambil kebijakan juga menjadi salah satu hal yang tidak boleh disepelekan.

Terlepas dari hal itu, sebagai warga Kota Malang, saya sendiri masih percaya bahwa Kota Malang memiliki tingkat toleransi yang cukup tinggi.

Beberapa bulan yang lalu, ada satu keluarga nasrani yang baru saja pindah di dekat rumah saya. Saat mereka meminjam sound system dan karpet untuk acara kebaktian menyukuri kepindahan rumah, Pak RT di kampung saya juga memberi izin.

Sang empu rumah juga memberikan makanan kepada tetangga sekitar layaknya hajatan biasa. Semua berlangsung lancar dan baik-baik saja. Tak ada tendensi ataupun prasangka lantaran kami sudah sangat dewasa.

Meski demikian, dengan adanya kasus-kasus viral semacam ini, harus dijadikan pelajaran agar sumbu untuk merusak intoleransi di Kota Malang tetaplah akan selalu ada. Terlebih, jika sumbu ini semakin dipercikkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Untuk itu, pemerintah kota dan elemen pemuka agama sangat berperan penting. Tetap menjaga agar kedamaian umat beragama di kota ini berlangsung hingga kapanpun. Tidak sekadar membuat acara seremonial semata, tetapi upaya preventif untuk menghidarkan statement atapun kegiatan yang menyulut masalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun