Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Beberapa Hal yang Perlu Diketahui dari Perubahan Grafik Perjalanan Kereta Api

8 November 2019   08:41 Diperbarui: 9 November 2019   05:43 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penumpang KA Logawa yang bersilang dengan KA Ranggajati di Stasiun Wilangan memanfaatkan waktu menuju toilet. Dengan adanya Gapeka baru diharapkan tak banyak terjadi persilangan kereta terutama di Daerah Operasi 7 Madiun. - Dokumentasi Pribadi

Per 1 Desember 2019, PT KAI akan mengubah Grafik Perjalanan Kereta Api (Gapeka).
Gapeka 2019 ini menggantikan Gapeka 2017 yang telah berlangsung mulai April 2017. Perubahan jadwal perjalanan ini sejatinya telah dirasakan beberapa waktu sebelumnya. 

Jika pembelian tiket awalnya bisa dilakukan 90 hari sebelum keberangkatan, maka saat proses penyesuaian Gapeka ini, pihak PT KAI memberlakukan pembelian tiket H-31 sebelum keberangkatan.

Dalam Gapeka 2019, ada beberapa hal yang mengalami perubahan. Perubahan ini diklaim oleh PT KAI akan memperpendek waktu tempuh perjalanan.

Terlebih, ada banyak jalur ganda yang mulai banyak dioperasikan. Terutama di lintasan sepanjang Daerah Operasi 7 Madiun yang dikenal jalur ramai kereta api. Kereta tak akan lagi bersilang di stasiun-stasiun kelas kecil seperti pada Gapeka sebelumnya. 

Tak hanya di Daop 7, waktu tempuh kereta yang berangkat dari Daop 1 Jakarta dan 2 Bandung juga diklaim lebih cepat.

Selain pengoperasian jalur ganda, ada beberapa perubahan lain yang perlu diperhatikan. Apa saja perubahan itu?

Pertama, adanya rangkaian kereta baru. 
Ada empat rangkaian baru yang akan beroperasi pada Gapeka teranyar ini. Empat rangkaian kereta tersebut adalah Anjasmoro (Jombang-Yogyakarta-Pasar Senen pp), Dharmawangsa Ekspres (Surabaya Pasar Turi-Pasar Senen pp), Sancaka Utara (Pasar Turi-Gambiran Solo Balapan-Kutaorjo pp), dan Argo Cheribon (Pemalang-Gambir dan Tegal-Pemalang).

Pengoperasian rangkaian KA baru ini diharapkan mampu memfasilitasi penumpang yang selama ini tidak mendapatkan layanan KA lain dengan maksimal. 

KA Sancaka Utara misalnya. Kereta ini akan memfasilitasi penumpang dari Surabaya yang akan menuju Kutoarjo. Kereta ini juga akan melewati Jalur kereta api segitiga Gundih-Solo Balapan yang menghubungkan Semarang-Solo-Surabaya. 

Jalur ini terkenal sebagai jalur sepi lantaran tak banyak kereta yang menaikturunkan penumpang di stasiun sepanjang jalur tersebut. Pengoperasian KA Sancaka Utara Utara diharapkan bisa meramaikan kembali jalur ini.

Kedua, adanya perubahan rangkaian kereta yang telah ada sebelumnya.
Beberapa kereta kelas ekonomi pun berubah menjadi kelas bisnis atau eksekutif. Seperti pada KA Brantas dan Gaya Baru Malam Selatan (GBMS). 

Dua kereta yang sebelumnya merupakan kereta kelas ekonomi kini berganti menjadi kereta kelas campuran (ekonomi dan eksekutif). Kedua kereta ini juga merupakan kereta yang laris manis lantaran harga tiketnya yang murah dengan jarak tempuh yang panjang.

Meski demikian, ada perubahan ini tidak serta merta diterima oleh para penumpang. Banyak yang menganggap lebih memilih kereta kelas ekonomi di dua rangkaian kereta ini. 

Belum lagi, harga tiket KA GBMS kelas ekonomi yang naik dari sekitar 104 ribu rupiah menjadi 240 ribu rupiah. Dan banyak yang menyayangkan jika dua kereta yang sudah melekat dengan rakyat kecil ini diubah menjadi kelas campuran ekonomi dan eksekutif.

Ketiga, adanya perubahan jadwal perjalanan.
Pemberlakuan Gapeka baru secara otomatis mengubah jadwal perjalanan beberapa rangkaian kereta. Ada rangkaian kereta yang biasanya melakukan perjalanan pada sore hari diubah menjadi pagi hari.

Salah satunya adalah kereta api Senja Utama Solo yang berubah nama menjadi Fajar Utama Solo.

Kereta yang awalnya berangkat saat sore hari dari Jakarta PSE kini berubah menjadi pagi hari. Otomatis, kedatangan kereta pun berubah dari sore hari menjadi pagi hari. Makanya, nama kereta ini pun berganti dari Senja menjadi Fajar.

Sama dengan perubahan jenis rangkaian kereta, perubahan jadwal ini juga memicu reaksi. Banyak yang menyayangkan mengapa PT KAI mengubah jadwal KA Senja Utama Solo yang dikenal juga sebagai kereta yang laris dan menjadi andalan penglaju Jakarta-Solo yang ingin tiba di kota Solo saat pagi hari. 

Tidur sepanjang perjalanan di kereta saat malam hari. Walau ada beberapa rangkaian lain yang bisa digunakan, nyatanya masih banyak yang menyayangkan dengan keputusan ini. Sang fajar tak akan bisa menggantikan sang senja bagi sebagian penumpang.

Keempat, perubahan nama beberapa stasiun. 
Perubahan ini bisa jadi menjadi titik bersejarah yang penting saat perubahan Gapeka 2019 ini. Salah satu stasiun yang berganti nama adalah Stasiun Banyuwangi Baru. 

Stasiun yang sebenarnya tidak terdapat di Kota Banyuwangi ini akan berubah menjadi Stasiun Ketapang. Selanjutnya, nama Stasiun Banyuwangi akan disematkan kepada Stasiun Karangasem yang lebih dekat dengan pusat Kota Banyuwangi.

Perubahan ini akan berdampak pada kemudahan perjalanan menuju Banyuwangi. Bukan isapan jempol, banyak calon penumpang yang mengira bahwa Stasiun Banyuwangi Baru terletak di pusat kota. Padahal tidak. 

Letak stasiun ini sangat jauh dan malah lebih dekat dengan Pelabuhan Ketapang seperti yang pernah saya tulis di sini.

Selain Stasiun Banyuwangi Baru, ada beberapa stasiun lagi yang mengalami perubahan nama. Stasiun Barat akan menjadi Stasiun Magetan dan Stasiun Paron akan menjadi Stasiun Ngawi. 

Jika perubahan nama pada dua stasiun sebelumnya akan memudahkan penumpang, maka perubahan nama dua stasiun ini akan menyebabkan ambigu. 

Letak Stasiun Barat yang cukup jauh dari ibukota Kabupaten Magetan -- sekitar 18 km -- akan membuat penumpang yang jarang naik kereta api akan kecele. Mereka akan menganggap Stasiun Magetan dekat dengan pusat Kota Magetan. Padahal ya jauh.

Beberapa perubahan tersebut memang menjadi kewenangan pihak PT KAI dan diharapkan menjadikan layanan kereta api lebih baik lagi. Namun, jangan sampai perubahan tersebut membuat kenyamanan penumpang menjadi berkurang. 

Jangan sampai pula mengorbankan perjalanan kereta lokal yang mungkin bisa mengalah dengan intensitas yang sering. Walau hanya berstatus kereta lokal, namun penumpang di dalamnya juga tetap harus menjadi prioritas sesuai motto KAI.

Perubahan nama Stasiun Barat menjadi Stasiun Magetan. - Twitter PT KAI
Perubahan nama Stasiun Barat menjadi Stasiun Magetan. - Twitter PT KAI
Beberapa layanan KA yang ramai penumpang juga sebaiknya ditambah. Seperti KA Tawang Alun relasi Malang-Banyuwangi pp yang selalu penuh. Tujuannya, agar penumpang juga bisa mendapatkan layanan KA pada jalur ini dengan maksimal.

Satu hal lagi, beberapa perjalanan kereta api pada awal Gapeka masih belum tersedia di channel pemesanan tiket. Seperti KA Logawa yang sering saya naiki. KA ini tak tersedia pada perjalanan antara tanggal 1 hingga 5 Desember 2019. 

Kala saya mengontak PT KAI, mereka meminta saya menunggu dan mengecek aplikasi KAI Acces secara berkala. 

Jadi, bagi Anda yang ingin melakukan perjalanan pada tanggal tersebut dan tak menemukan rangkaian kereta api langganan, maka Anda harus mengecek aplikasi KAI Access.

Sekian, mohon maaf jika ada kesalahan dan selamat berakhir pekan serta menikmati perjalanan Anda.

Salam.

Sumber:

(1) (2) (3) (4) 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun