Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Beberapa Alasan Acara Pelantikan Presiden Tak Diminati Sebagian Warga

21 Oktober 2019   09:03 Diperbarui: 21 Oktober 2019   09:20 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gestur Presiden Joko Widodo saat menyampaikan pidato awal masa jabatan dalam acara Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden di Ruang Rapat Paripurna, Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Ahad, 20 Oktober 2019. TEMPO/M Taufan Rengganis

Tagar #MatikanTVSeharian menggema di jejaring sosial Twitter selama hari Minggu kemarin.

Tagar ini beradu dengan tagar ucapan selamat kepada pasangan presiden dan wakil presiden terpilih yang juga semarak dicuitkan. Meski demikian, dengan kehadiran tagar tersebut nyatanya ada suatu fenomena yang terjadi di masyarakat. Fenomena untuk apatis terhadap pemerintahan Presiden Joko Widodo yang kedua kali.

Di linimasa media sosial, hanya rekan-rekan blogger dan beberapa buzzer yang cukup semarak mengucapkan selamat kepada sang Presiden. Rekan saya lain, terutama rekan sekolah dan dunia nyata lainnya, lebih memilih mengunggah liburan dan beberapa film yang menghiasi layar bioskop selama sepekan. 

Di warung-warung dan beberapa rumah warga di sekitar rumah saya, televisi yang menyala lebih banyak memutar acara lain. Beberapa warga yang melakukan streaming di YouTube pun tak tampak melihat acara penting kenegaraan ini.

Rendahnya minat warga di sekitar saya bisa jadi hanya sebagai kebetulan. Namun, dari beberapa alasan berikut dapat dipahami bahwa acara pelantikan Presiden tidaklah dianggap penting.

Pertama, acara dilakukan pada waktu terbaik untuk istirahat siang. Penghabisan hari Minggu adalah waktu terbaik untuk beristirahat total. Melihat tayangan televisi yang menyegarkan atau berkumpul bersama keluarga. 

Bagi beberapa orang, melihat acara pelantikan presiden justru akan membuat waktu yang seharusnya digunakan untuk bersantai malah akan berganti kegiatan untuk mendalami kondisi negara. Terlebih, sebelum acara pelantikan kerap diisi dengan analisis mendalam dari para ahli. Bukannya bersantai malah jadi pusing mendengarnya. Itulah yang diucapkan beberapa tetangga saya yang lebih memilih melihat acara lain.

Kedua, pelantikan ini merupakan pelantikan yang kedua kali. Tentu, dibandingkan pelantikan pertama dulu, antusiasme masyarakat sudah jauh berkurang. Di tahun 2014, ada banyak harapan untuk pemerintahan yang baru. 

Untuk periode kedua ini, bagi sebagian masyarakat seakan sudah pasrah. Realistis dan tak berekspektasi banyak. Yang terpenting aman dan tak terjadi kekacauan serta keadaan ekonomi paling tidak sedikit lebih baik.

Ketiga, kurangnya ketegasan sikap Presiden Joko Widodo terhadap upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi membuat sebagian masyarakat menjadi semakin apatis. Masa bodoh dan tidak lagi peduli terhadap pemerintahan. Terlebih, dengan kasus ditangkapnya beberapa aktivis yang mencoba untuk vokal, rasanya saat ini lebih baik diam. Melakukan perlawanan dengan cara berbeda. Ya itu tadi, tidak peduli dengan apapun yang dilakukan oleh pemerintah.

Beberapa jam yang lalu muncul cuitan dari sebuah akun yang membandingkan apatisme masyarakat Indonesia saat ini dengan apa yang terjadi di Polandia. Kala itu, banyak warga Polandia yang membuang TV di troli ketika sang presiden berpidato. Kisah yang terangkum dalam buku Small Acts Of Resistance: How Courage, Tenacity, and Ingenuity Can Change The World ini cukup menarik.

Walau tak terjadi demo besar, nyatanya pembangkangan warga jelata tersebut tetap terjadi. Pembangkangan yang dimulai dari tindakan-tindakan kecil yang semula tidak diperhitungkan. Dan di sini, pembangkangan itu dilakukan dengan cara tidak membicarakan apapun tentang pelantikan presiden. Dengan lebih memilih berbincang laga MU vs Liverpool, hasil MotoGP, kemenangan Ganda Campuran, ataupun kebakaran hutan. Yang jelas, segala hal tentang acara kenegaraan tersebut tidak masuk dalam ruang diskusi sekitar.

Keempat, acara televisi memang sudah tidak menarik lagi. Sudah banyak masyarakat yang memang beralih ke media YouTube sebagai sarana hiburan. Tanpa tagar #MatikanTVSeharian pun, banyak masyarakat -- termasuk saya -- yang tidak lagi  melihat tayangan televisi.

Memang, tayangan pelantikan ini bisa dilihat melalui layanan streaming di YouTube. Namun, dengan harga internet yang mahal, terutama bagi mereka yang tak terjangkau layanan wifi, memilih menonton acara lain adalah pilihan yang kerap dilakukan. Melihat cuplikan film atau pertandingan olahraga bagi banyak masyarakat terlihat jauh lebih menyenangkan. Terlebih, itu dilakukan di hari Minggu.

Di tengah pergerakan mematikan televisi ini, sebenarnya pelantikan ini merupakan acara penting. Jika tidak ingin menonton secara keseluruhan, paling tidak tontonlah pidato presiden terutama komitmennya selama 5 tahun pemerintahannya ke depan. Sebagai rakyat, kita berhak mendalami janji dan komitmen tersebut agar bisa kita tagih selama 5 tahun berjalan.

Walau saya sendiri cukup pesimis, tetapi saya juga tidak ingin terlalu apatis. Beberapa poin kebijakan terutama di bidang hukum dan kasus korupsi tetap saya perhatikan. Meski sejujurnya, saya juga malas untuk melihat acara pelantikan ini. Apapun itu, selamat menjalankan tugas bagi presiden dan wakil preiden terpilih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun