Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Motivator Menempeleng Siswa, Bukti Mengajar Tak Semudah Memberi Seminar Motivasi

19 Oktober 2019   09:23 Diperbarui: 19 Oktober 2019   10:51 2820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wali Kota Malang Sutiaji bersama jajaran Forkopimda Kota Malang saat menemui siswa korban pemukulan di SMK Muhammadiyah 2 Kota Malang, Jumat (18/10/2019) (KOMPAS.com/ANDI HARTIK)

Beberapa jam terakhir, lini masa saya dipenuhi oleh berita kasus penempelengan oleh oknum seorang motivator bisnis di sebuah SMK Swasta di Kota Malang. Terhenyak, lagi-lagi saya mendapati nama Kota Malang kembali tecoreng.

Lebih mirisnya lagi, tak hanya adegan penamparan keras yang ditampilkan, tetapi kata-kata kasar yang keluar dari mulut motivatorlah yang muncul.

Lalu, saya pun merenung, apakah ia benar seorang motivator atau hanya sekadar motivator abal-abal?

Kala saya mengecek akun jejaring sosialnya, rupanya ia memang benar seorang motivator yang sudah malang melintang di dunia bisnis dan ilmu marketing selama bertahun-tahun. 

Pembicaraan WA grup yang saya ikuti bahkan menyebutkan sang motivator memang memiliki berbagai jejaring di Indoenesia.

Bahkan, banyak perusahaan besar yang mau memanggil motivator tersebut sebagai mentor pelatihan bagi sang karyawan.

Sayangnya, berbagai jejak dan usaha membangun citra dan usaha itu lenyap dalam sehari.

Terlebih, setelah kasus ini menjadi viral dan ia diaporkan ke kepolisian, banyak warganet bertanya-tanya. 

Kok bisa ia menjadi motivator? Kok bisa tangannya dengan enteng menempeleng siswa yang menurutnya tak menghiraukannya saat memberikan penjelasan? 

Dan tentunya, mengapa seakan tak ada koordinasi yang bisa dilakukan oleh sekolah sebelum kegiatan tersebut agar penempelengan tersebut tak terjadi meski menurut pihak sekolah hal itu di luar kendali mereka.

Mengajar anak tidak sama dengan mengajar orang dewasa

Semua sepakat, antara anak-anak dan orang dewasa pasti memiliki perbedaan dalam cara belajar yang dilakukan.

Makanya, ada ilmu yang disebut sebagai pedagogi -- mendidik anak -- dan andragogi -- mendidik atau memotivasi orang dewasa dalam belajar. Mengajar anak tidak sama dengan mengajar orang dewasa. Termasuk, siswa SMK sekalipun yang masih dikategorikan anak-anak.

Salah satu hal dasar yang cukup membedakan antara anak-anak dan orang dewasa dalam belajar adalah motivasi belajar yang mereka miliki.

Jika anak-anak akan cenderung melalui pujian, hadiah, dan hukuman, maka orang dewasa lebih kepada dorongan diri sendiri.

Makanya, hal inilah yang harus diperhatikan para pengajar sebelum kegiatan pengajaran, workshop, dan sejenisnya dilakukan.

Apa sih motivasi peserta worshop untuk datang dan menyimak acara? Bagaimana sih caranya agar motivasi itu tetap terjaga hingga selesai acara? Bagaimana memberikan kesan pertama agar peserta pelatihan bisa langsung tertarik dengan apa yang dibicarakan?

Tentunya, sang pemateri harus memahami ilmu ini. Bahkan, menurut dosen saya, ini lebih penting dibandingkan materi inti yang akan disampaikan. Sebagus apapun materi yang akan disajikan, jika pemateri tidak handal dalam menarik minat peserta, percayalah, segala hal yang dibicarakan oleh pemateri akan terdengar angin lalu saja.

Para peserta akan mulai tidak konsentrasi dan beralih kepada kegiatan lain. Bercakap-cakap, memainkan ponsel, hingga tertawa terbahak-bahak. Kalau Anda sebagai seorang guru, hal-hal tersebut akan sangat lumrah.

Kadang kala juga membuat hati jengkel lantaran bisa dipersepsikan sebagai tindakan yang tidak menghargai pemateri.

Meski demikian, bukan cara kasar yang harus dilakukan untuk membuat efek jera bagi peserta pelatihan yang tidak memperhatikan dengan seksama. Masih ada banyak cara yang lebih bijak. 

Beberapa diantaranya bisa menghukum di depan sambil mengulang pernyataan, menyuruh menyanyi, atau jika sudah benar-benar tidak bisa dimaafkan, peserta tersebut bisa dikeluarkan dari ruang pelatihan. Kembali, bukan cara kekerasan fisik yang diutamakan.

Kadangkala, jika cukup banyak peserta yang tidak memerhatikan pemateri, itu tandanya perlu sedikit ice breaking yang bisa membuat peserta kembali ke laptop. Entah bernyanyi, berjoged, ataupun bertepuk tangan. 

Walau memang melakukan seminar terutama yang diikuti anak-anak cukup sulit, tapi kalau pemateri tahu ilmunya, segalanya akan berjalan dengan baik. Senakal apapun pesertanya dan semenjengkelkan apapun mereka.

Tak hanya itu, koordinasi antara pemateri dengan pihak sekolah sebelum acara berlangsung juga sangat perlu dilakukan. Pihak sekolah bisa sedikit memberi gambaran mengenai karakter siswa mereka.

Pihak sekolah juga bisa memberikan sedikit saran dan pandangan mengenai hal-hal apa saja yang nantinya membuat peserta nyaman dan tertarik. 

Biasanya, para pemateri tersebut akan memberikan hadiah jika mereka mampu menjawab pertanyaan dari mereka dengan benar.

Tentu saja, mereka yang menyimak materi dengan seksamalah yang bisa melakukannya. Makanya, motivasi kepada peserta pelatihan sangat diperlukan.

Pengalaman beberapa pemateri dari luar yang datang ke sekolah saya dulu hampir semuanya melakukan kegiatan dengan baik. Walau menghadapi anak-anak SD yang super dan membuat geleng-geleng kepala, tetapi mereka bisa mengendalikan susasana pelatihan atau paparan dengan baik. Mulai dari produk susu, pihak kepolisian, lembaga bimbingan belajar, hingga wartawan yang memberikan pelatihan jurnalistik.

Bahkan, bapak dan ibu polisi yang dirasa garang dan menakutkan malah bisa menaklukan dan mengambil hati siswa-siswi. Materi kesadaran lalu lintas dan pencegahan narkoba bisa dengan apik dibawakan oleh pemateri.

Padahal, dari penuturan sang pemateri, saat itu pertama kalinya mereka memberikan materi tersebut kepada siswa SD.

Sebelum memulai materi, mengkondisikan siswa sangatlah diperlukan. - Dokumen Pribadi
Sebelum memulai materi, mengkondisikan siswa sangatlah diperlukan. - Dokumen Pribadi
Selain itu, seyogyanya ada satu atau dua guru yang bertugas khusus untuk mengumpulkan banyak siswa dalam satu ruangan atau lapangan.

Guru seperti ini harus terbiasa mengendalikan siswa-siswi dengan kondisi seperti itu. Dulu, ada seorang ibu guru senior yang sudah dipercaya oleh Bapak KS mengemban tugas ini.

Setiap ada kegiatan bersama, entah pemberian materi dari pihak luar atau kegiatan lain yang melibatkan banyak siswa, guru ini selalu tampil di depan. Ia akan memberikan hal-hal yang harus dilakukan dan yang tak boleh dilakukan selama pemateri menyampaikan materinya. 

Tak hanya itu, ia juga harus juga bisa memberi motivasi  mengenai pentingnya kegiatan tersebut.

Bisa juga, sang guru bertindak sebagai moderator agar kegiatan bisa berjalan dengan baik.

Pada intinya, ketika ada kegiatan yang memerlukan pemateri dari luar, pihak sekolah tidak bisa menyerahkan sepenuhnya kepada pemateri. Koordinasi dan beberapa poin harus disepakati agar kejadian penempelengan seperti tak terulang.

Terlebih, kejadian tersebut masih di dalam lingkungan sekolah dan para siswa-siswi masih menjadi tanggung jawab sekolah.

Akhirnya, kejadian ini memberikan pelajaran penting terutama bagi motivator ataupun para pemateri yang akan memberikan materi di sekolah bahwa mengambil hati para siswa amatlah sangat penting.

Memotivasi kesuksesan akan terasa utopia tanpa adanya nilai-nilai pengajaran yang luhur. Bukan begitu?

Sumber:

(1) (2) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun