Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gelak Tawa di KA 435

10 Juli 2019   08:00 Diperbarui: 10 Juli 2019   08:06 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penumpang kereta api Dhoho dan Penataran menyesai Stasiun Wonokromo. - Dokpri

Jalur Malang-Surabaya adalah jalur "angker" bagi para penglaju di kedua kota tersebut terutama di musim liburan panjang.

Melihat berita kemacetan di lini masa jejaring sosial membuat saya ciut. Lebih baik menunggu persilangan kereta di dalam KA Penataran daripada duduk diam di dalam bus. 

Termasuk, pada sebuah pekan libur panjang sekolah di akhir bulan Desember. Saya memutuskan pulang ke Malang di hari Sabtu. Hari yang dianggap keramat bagi para penglaju tersebut.

Stasiun Wonokromo sangat penuh. Anak-anak TK hingga SMA menyesaki ruang tunggu. Bak sedang menonton acara sirkus lumba-lumba, mereka sangat antusias kala mendapati kereta api yang lewat dengan cepat. Terutama, anak-anak TK yang baru pertama kali merasakan sensasi naik kereta api. Momen bahagia ini seakan tak padam walau beberapa kereta lokal yang akan mereka naiki, semisal KRD Bojonegoro, KRD Kertosono, dan Rapih Dhoho mengalami keterlambatan.

Untung, Kereta Penataran yang akan membawa saya pulang ke Malang datang tepat pada waktunya dari arah Stasiun Surabaya Kota. Kereta pun langsung diserbu oleh rombongan anak-anak yang kebanyakan baru saja bermain bersama di Kebun Binatang Surabaya. Saya tak mendapatkan tiket duduk.

 Menurut sang petugas tiket, saya harus melakukan remidi upacara. Alias, saya harus berdiri. Hampir tak ada ruang tersisa bagi para penumpang di KA berkode 435 tersebut. Semuanya penuh dengan orang dan barang.

Tak berapa lama setelah kereta berjalan, suasana di dalam kereta riuh rendah. Di dekat saya, duduk seorang ibu bertubuh subur yang memiliki seorang anak lelaki seumuran TK. Sepanjang perjalanan, sang ibu bercerita banyak mengenai perjalanan kereta, kehidupan pribadinya, hingga hal-hal mistis yang ia alami kala pulang ke kampung halamannya di Kesamben, Blitar.

Ibu tersebut berkata, ia rela merogoh kocek lebih dalam jika saja ada kereta lokal dengan harga cukup mahal yang memutar dalam wilayah Jawa Timur. 

Bisa dikatakan, kereta impiannya memiliki rute yang sama dengan Kereta Api Penataran-Dhoho. Asal, waktu tempuhnya lebih cepat dan tidak berhenti di semua stasiun. 

Seorang pria muda yang duduk di depannya membandingkan sedikit dengan KA Joglosemarkerto yang kini beroperasi di Jawa Tengah dan DIY. Walau tidak menghapus kereta lokal yang murah, keberadaan kereta lokal ini tetaplah penting bagi para penglaju yang diburu waktu

Beberapa kali sanak saudaranya tak bisa mengejar waktu saat ada sanak yang meninggal akibat kereta lokal yang dinaikinya sering bersilang menunggu kereta lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun