Asa untuk semakin mengembangkan usaha mereka pun terbantu dengan modal usaha yang mengalir ke negara-negara di Sub Sahara. Menyadari daerah tersebut adalah daerah potensial untuk pemasaran berbagai macam produk, Nash dan Kariku semakin bertekad untuk memperbaiki kehidupan warga Afrika, terutama Rwanda.
Jika sudah bergabung, pengemudi pun akan mendapatkan ponsel pintar yang memuat beberapa aplikasi khsusus. Diantaranya, perekam kecepatan, percepatan, lokasi, dan informasi penting lainnya. Data-data yang direkam tersebut akan diolah sedemikian rupa sehingga pengemudi akan mendapatkan skor dalam setiap kinerjanya.Â
Batasan yang diperlukan untuk pengemudi agar bisa bermitra dengan SafeMotors adalah 90. Tentu, poin ini berbeda dengan ojek daring pada umumnya yang lebih mementingkan performa penyelesian dibandingkan faktor keamanan.
Adanya aplikasi yang terbaca pada pusat informasi SafeMotors juga akan memberikan tips bagi pengemudi untuk bisa memilih jalur yang aman dalam berkendara. Aplikasi ini akan memberi panduan mengenai rute-rute yang harus dihindari. Angka kecelakaan motor yang menyumbang penyebab kematian nomor 3 setelah AIDS dan Malaria pun bisa ditekan.
Penguna jasa ojek pun akan mendapatkan pilihan landmark tersebut sebagai titik penjemputan. Mereka akan diarahkan untuk menunggu pengemudi yang akan menjemputnya. Lantas, SafeMotors akan memberikan posisi yang akurat mengenai landmark tersebut sehingga kesalahan titik penjemputan bisa diminimalisir.
Hingga tahun 2017 kemarin, SafeMotors setidaknya telah membukukan laba kotor sebanyak 14 Milyar rupiah. Tak hanya itu, di awal tahun 2018 ini, perusahan rintisan yang memiliki warna khas hijau ini juga telah melakukan ekspansi ke negara tetangganya, Republik Demokratik Kongo. Tentu, tanpa meninggalkan Kigali sebagai induk kemajuannya.
Sesuatu yang dulunya hanya bisa dimimpikan oleh orang Afrika.