Mohon tunggu...
Iklimah TintaAyu
Iklimah TintaAyu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indoneisa Universitas Pamulang

Saya Adalah Seorang Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Pamulang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hakikat Drama

17 Desember 2022   12:59 Diperbarui: 17 Desember 2022   13:14 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Drama adalah perasaan manusia yang beraksi di depan mata kita. Itu berarti bahwa aksi dari suatu perasaan mendasari keseluruhan drama. Drama dapat juga menggunakan bahasa yang imajinatif atau analitik. Karena itu dapat ditulis dalambentuk puisi atau dalam bentuk prosa, tetapi tanpa aksi atau perilaku gerak drama tidak ada. Bahkan bisa dikatakan drama bisa terjadi tanpa bahasa, namun tidak mungkin tanpa adanya gerak dan laku (aksi). Drama tidaklah menekankan pada pembicaraan tentang sesuatu, tetapi yang paling penting adalah memperlihatkan atau mempertontonkan sesuatu melalui tiruan gerak.( Atar semi, 1993: 156)

Drama berasal dari bahasa yunani" draomai" yang berarti     berbuat,berlaku, bertindak atau beraksi. Drama berarti perbuatan, tindakan atau action. Dalam kehidupan sekarang, drama mengandung arti yang lebih luas ditinjau apakah apakah drama ditinjau sebagai salah satu genre sastra, ataukah drama itu sebagai drama itu sebagai cabang kesenian yang mandiri.(Herman Waluyo, 2002: 2)  Memabagi drama pentas ( jenis kesenian mandiri  integrasi dari berbagai jenis kesenian: musik,  rias,  tata lampu, dekor,  dsgny).  dan drama panggung ( salah satu genre sastra yang disejajarkan dengan jenis puisi dan prosa.

Drama tradisional tidak menggunakan naskah, unsur action, pagelaran,  pemeranan merupakan faktor utama. Konflik manusia merupakan dasar lakon, baik yang dituliskan maupun yang langsung dipagelarkan. Konflik diwujudkan dalam bentuk dialog/bahasa tutur, Marjorie menyebutnya bahasa tutur sebagai salah satu aspek  penting disamping naskah dan pementasan.  Dalam pagelarannya, bahasa tutur hidup dengan keterlibatan fisik dan mental pemainnya.

 Rendra,1993 : 97 mengatakan bahwa drama atau sandiwara adalah seni yang mengungkapkan pikiran atau perasaan orang dengan mempergunakan laku jasmani, dan ucapan kata-kata.

Harymawan, (1988;  2) menyampaikan bahwa kata drama berasal dari bahasa Yunani draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi, dan sebagainya; dan drama  berarti: perbuatan, tindakan.

Secara etimologis (asal kata), teater adalah gedung pertunjukan (Auditorium).

- Dalam arti luas: Teater adalah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Misalnya wayang orang, ketoprak, ludrug, srandul, membai, randai, mayong, arja, rangda, reog, lenong, topeng, dagelan, sulapan, akrobatik, dan sebagainya.

- Dalam arti sempit: Drama kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan oleh orang banyak, dengan media: percakapan, gerak, dan alku, dengan atau tanpa dekor (layar dan sebagainya), didasarkan pada naskah  yang tertulis (hasil seni sastra) dengan atau tanpa musik, nyanyian, tarian.

Sandiwara yang memakai laku jasmani saja namanya pantomim, sedangkan drama yang hanya memakai ucapan kata-kata tanpa memakai laku jasmani disebut  seni berkisah.

Rangsangan orang untuk bermain drama adalah hasrat untuk meniru. Anak kecil jika bermain akan meniru perilaku ibunya dengan mengasuh  bonekanya, memandikan, menyuapinya, menidurkannya, menjadi supir mobil, sepeda motor, terkadang anak-anak menjadi guru dan teman  kecil lainnya menjadi gurunya. Jadi, sejak masih muda sekali manusia suka menirukan  dan senang menikmati nya dengan fisik dan mental tiruan yang bagus dan indah.

Di dalam sejarah peradaban manusia  hasrat meniru manusia sudah ada sejak jaman primitif di saat sedang mengadakan api unggun. Salah seorang akan berkeliling  api sambil menirukan gerakan hewan yang selalu mereka buru. Sedang yang lain menirukan laku sorang pemburu. Lama-lama muncul dalam pikiran mereka untuk mengiringgi dengan bunyi-bunyian yang berirama.  Kemudian timbul pikiran lagi untuk tampil dengan menggenakan kulit binatang buruan dari mulai  tanduk, cula, dan cakar. Demikian juga dengan peran perang antar suku, seorang menjadi jagoan musuh yang diperangi dan seorang lagi menjadi pembasmi jagoan musuh itu. Dalam hal ini pemeran memakai topeng yang menggambarkan leluhur mereka sebagai jagoan musuh dan tokoh pembasmi musuh. Akhirnya  lahirlah kostum dalam pementasan sandiwara yang ditampilkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun