Mohon tunggu...
Welly Eru
Welly Eru Mohon Tunggu... Novelis - Penulis

Nama Pena: Ikko Williams (Penulis novel Amin yang Sama dan Sujudku Karena Cinta)

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ungkepan Ayam Kampung: Warisan Kuliner Keluargaku yang Tak Lekang oleh Waktu

7 April 2024   05:32 Diperbarui: 7 April 2024   06:23 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam setiap genggaman rempah dan setiap butir bumbu yang tercampur, tersimpan sebuah sejarah keluarga. Inilah resep "Ungkepan Ayam Kampung", resep yang tak hanya sekadar panduan masak, melainkan warisan leluhur yang telah dilestarikan turun-temurun dalam keluargaku. Resep ini, seperti halnya Lebaran, selalu hadir membawa cerita dan kehangatan.

Ibuku, penjaga resep ini, belajar langsung dari ibunya, yaitu nenekku. Di dapur sederhana kami, telah banyak lahir masakan yang tidak hanya memanjakan lidah, namun juga menghangatkan hati keluarga. Dan ketika tiba Lebaran, unjuk rasa kasih dalam sajian "Ungkepan Ayam Kampung" adalah cara kami merayakannya.

Galeri Pribadi
Galeri Pribadi

Bahan-bahan yang dipakai terbilang sederhana namun penuh keajaiban. Ayam kampung satu ekor, dipotong tidak terlalu kecil agar saat masak, keutuhan daging dan rasa yang kaya bisa terjaga. Bumbu halusnya terdiri dari 20 siung bawang putih, 10 siung bawang merah, jahe berukuran tiga ruas jari, kunyit secukupnya untuk warna dan aroma, 5 butir kemiri, sejumput merica, sejumput ketumbar, serta seruas kencur yang memberikan khasiat dan rasa unik dalam masakan.

Galeri Pribadi
Galeri Pribadi


Keistimewaan resep ini terletak pada bumbu tambahannya yang meliputi garam dan penyedap rasa ayam, 3 lembar daun salam, 5 lembar daun jeruk pecel yang menambah aroma, dan gula merah yang diiris tipis untuk menggugah selera dengan sentuhan manisnya yang lembut.

Proses memasaknya pun cukup unik. Semua bumbu dihaluskan dan ditumis hingga harum. Kemudian ayam kampung dimasukkan ke dalam tumisan bumbu. Dengan api kecil, ayam dibolak-balik agar bumbu merata, menjadi satu dengan pori-pori daging ayam. 

Kemudian, oleh tangan ibu yang terlatih, dengan penuh cinta, ayam dan bumbunya itu ditutup rapat menggunakan cobek tanah liat. Kenapa harus tanah liat? Karena inilah rahasia supaya masakan kedap udara dan bumbu dapat meresap sempurna.

Dengan api yang sedang cenderung kecil, ayam dimasak dalam keadaan tertutup selama 1-3 jam lamanya. Sulit untuk tidak tergoda oleh aroma yang menyebar dari resep keluarga ini. Langkah terakhir dari ungkepan ayam kampung adalah menunggu, sabar, ketika aroma semakin memenuhi dapur, mengundang rasa cinta dan kebersamaan.

Galeri Pribadi
Galeri Pribadi

Ketika waktu penyajian tiba, ayam kampung terhidang sempurna. Dagingnya mengeluarkan air dan kaldu, menciptakan aroma yang khas. Tidak ada yang bisa menandingi rasa dari masakan yang dibuat dengan penuh kesabaran dan ketelatenan. Ayam kampung yang tadinya sederhana, kini menjadi hidangan istimewa, diselimuti bumbu-bumbu pilihan yang telah meresap hingga ke tulang-tulang kecil.

Ungkepan ayam kampung ini lebih dari sekadar hidangan, ia adalah simbol dari Lebaran di rumah kami. Resep ini tidak hanya digemari karena kelezatannya yang konsisten, namun juga karena nilai-nilai yang ia kandung: kesabaran, ketelatenan, dan kebersamaan dalam setiap suapan.

Menghidangkan resep ini di meja Lebaran setiap tahun, aku tak hanya melihat kedalaman rasa, namun juga kedalaman cinta dan warisan. Ini adalah kekayaan yang tak terukur dengan uang namun dengan ikatan hati yang kuat antar anggota keluarga.

Warisan seperti ini adalah yang terpenting, lebih dari sekadar ingatan, ia adalah sebuah cerita yang terus bertumbuh. Setiap Lebaran, saat "Ungkepan Ayam Kampung" itu tersaji, bukan hanya rasa yang terbagi, namun juga cerita dan doa dari generasi ke generasi.

Saat Lebaran menjelang, saat bumbu diulek dan dapur mulai penuh dengan aroma masakan, aku tahu bahwa itu adalah tantangan untukku kelak meneruskan resep warisan keluarga ini. Sebuah tantangan yang kuhadapi dengan senyuman, karena aku tahu, inilah rasa dari rumah, yang akan aku kenang dan aku bagikan.

Ikko Williams
Magelang, 7 April 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun