Mengetahui berita tersebut, seketika, penulis pun termenung. Tak perlu banyak fikiran yang beretorika, ini jelas sebuah kesalahan fatal saat keperikemanusiaan dikesampingkan karena fanatisme. Salahkah fanatisme? Tidak. Yang salah adalah pribadi yang mencampurkan ke dalam dirinya kefanatikan dengan ego, emosi dan tentunya sifat arogan.
Â
Sederhananya begini, fanatisme itu akibat dari rasa suka terhadap sesuatu. Rasa suka yang mendalam. Dimana rasa itu bisa hadir dengan sendirinya, pengaruh teman, atau menjadi kebiasaan banyak orang di sekeliling individu tersebut.
Sebagai manusia yang kadang tak sadar telah dihinggapi rasa fanatik dalam dirinya, kita tentu pernah menyukai sesuatu secara berlebihan sampai-sampai merasa benci saat orang lain tak sependapat dengan kita atau bahkan memperolok apa yang kita sukai. Kita pun marah.
Namun itu semua tergantung pribadi masing-masing, sebagai mahluk yang berakal dan bisa menimbang baik dan buruk, keperikemanusiaan seharusnya di utamakan, terus dipelajari, dijunjung tinggi-tinggi hingga nantinya mendarah daging dalam diri masing-masing.Â
Fanatisme hanya tempelan dalam hidup ini, boleh mendarah daging namun jangan dicampur-campur dengan keegoisan bahkan berakhir dengan tindakan arogan. Fanatisme pun sejatinya bisa berbuah manis, saat seseorang mencampurkannya dengan kepedulian dan intropeksi diri.
Dari kejadian ini, mari kita kembalikan ke dalam diri masing-masing, mungkin diantara kita ada yang mengecam, biasa saja, atau bahkan menyalahkan korban.
Mari merenung, tanyakan dimana rasa keperikemanusiaan dalam diri pribadi, sudahkah kita memilikinya? Sudahkah kita menerapkannya? Atau jangan-jangan kita malah sama sekali tak memiliki rasa itu, nauzubillah, semoga tidak sampai segitunya.
 Salam!
Ikko Williams bisa dihubungi di Instagram/Twitter/Wattpad: @ikkowilliams