Diperlukan kesadaran penuh pemerintah bahwa generasi muda saat ini sedang tidak baik-baik saja. Â Dengan demikian, penyusunan kurikulum pendidikan tak lagi sekadar memiliki tujuan politik maupun demi kepentingan pejabat elit. Miris melihat kenyataan, gonta-ganti kurikulum justru menjadikan beban pendidik bertambah berat. Â
Pendidik dituntut belajar lagi dan lagi untuk terus melakukan penyesuaian kurikulum. Pada akhirnya, pendidik teralihkan dengan tupoksinya, yaitu mengajar dan mencerdaskan generasi bangsa. Ditambah lagi, beban administrasi yang dibebankan kepada pendidik makin banyak hingga menjadikan mereka kurang fokus mengajar.
Apatah lagi terkait guru honorer yang dihadapkan dengan upah rendah. Mereka disibukkan untuk mengejar kesejahteraan hingga berpengaruh pada minimnya waktu dan kualitas diri sebagai pendidik. Guru sebagai garda terdepan sangat membutuhkan perhatian serius pemerintah terkait kesejahteraannya demi pemenuhan kebutuhan hidup.
Kembali lagi, salah satu tujuan pendidikan nasional adalah menjadikan perserta didik beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa. Sangat disayangkan, kurikulum yang ada terlihat abai dengan poin penting tersebut. Lalu, apalah guna generasi yang melek teknologi, tetapi iman dan mentalnya rapuh.
Bukan berarti bahwa peserta didik harus dijauhkan penuh dari teknologi, termasuk gadget. Akan tetapi, penguatan spiritual, emosional, dan mental harus lebih diutamakan sebelum dikenalkan dengan teknologi. Dengan demikian, dampak negatif masifnya perkembangan teknologi pada generasi muda bisa diminimalisir.
Kurikulum pendidikan memang diharuskan beradaptasi dengan kebutuhan dan tantangan sosial masyarakat. Bisa dilihat bahwa berbagai masalah Gen Z di atas adalah akibat dari lemahnya iman dan minimnya ilmu agama. Artinya, kebutuhan urgen saat ini adalah penguatan aqidah dan tsaqofah Islam.
Islam menawarkan sistem pendidikan yang bertujuan membentuk kepribadian Islami bagi generasi. Dilatarbelakangi dengan pemahaman bahwa setelah kehidupan dunia ini ada kehidupan lain, yaitu akhirat. Oleh karenanya, penting menyampaikan pemahaman kepada peserta didik bahwa setiap tindakan ada konsekuensi pahala maupun dosa. Â
Islam tidak anti teknologi. Sebaliknya, Islam menghargai teknologi maupun sains sebagai bagian dari kebutuhan dan perkembangan zaman. Namun, aqidah Islam akan diberikan terlebih dahulu kepada peserta didik. Aqidah Islam menjadi fondasi utama dalam sistem pendidikan Islam sebelum diperkenalkan ilmu lainnya.
Pendidikan bermutu dalam Islam adalah pendidikan yang menghasilkan generasi yang berkepribadian Islami. Kesadaran akan pengawasan Allah Swt. dalam setiap perbuatan menjadi cambuk ketika seseorang melenceng dari 'jalur'. Seseorang yang berakidah dan berkepribadian Islami akan lebih siap hadapi tantangan abad 21. Wallahu'alam bish showab.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI