Mohon tunggu...
Ikhsan Nur Ramadhan
Ikhsan Nur Ramadhan Mohon Tunggu... Lainnya - Tim Tebuireng Initiatives

Seorang yang sedang menggeluti bidang desain grafis, kadang juga menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menafsirkan Kembali "Jihad Santri, Jayakan Negeri"

27 November 2023   12:20 Diperbarui: 27 November 2023   12:31 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi santri. (Ist)

Perayaan dan peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2023 sudah berlalu. Beraneka ragam seremoni juga turut menghiasi peringatan ini. Tulisan ini pun sengaja dibuat pasca terselenggaranya berbagai seremoni itu guna menafsirkan kembali “Jihad Santri, Jayakan Negeri”. Oleh karena itu, apakah saat ini masih berlarut dalam ingar bingar seremoni HSN, atau sudah dalam tahap implementasi nilai juangnya?

Dalam sejarahnya, salah satu alasan diresmikannya Hari Santri Nasional berawal dari menapak tilasi peristiwa Resolusi Jihad yang digagas oleh pendiri Pesantren Tebuireng dan pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari. Fatwa Resolusi Jihad ini berisikan agar umat Islam berjihad melawan penjajah saat itu.

Terhitung sudah 8 tahun seremonial HSN ini diadakan, yakni sejak tahun 2015 melalui Keputusan Presiden (KEPPRES) Nomor 22 Tahun 2015 tentang Hari Santri, yang ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo. Tahun ini, HSN mengusung tema “Jihad Santri, Jayakan Negeri”. Dengan kata “jihad”, dapat penulis tafsirkan bahwa HSN ingin mengajak santri untuk benar-benar “berjihad”, seperti nilai juang dari fatwa Resolusi Jihad. Namun, jihad masa kini tentunya berbeda dengan masa-masa perjuangan saat itu.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “jihad” berarti berjuang sungguh-sungguh. Mengorbankan jiwa dan raga, tentunya dalam hal kebaikan. Sedangkan, kata “jayakan” yang diambil dari kata dasar “jaya” yang berarti sukses, suatu kesuksesan yang hebat. Maka, dapat penulis tafsirkan bahwa alasan pemilihan tema HSN tahun ini adalah agar santri dapat ditutuntut untuk berkontibusi lebih dalam menyongsong kejayaan bangsa Indonesia, terutama di masa ini.

Berjihad di masa kini berbeda dengan jihad semasa dicetuskannya fatwa Resolusi Jihad, yakni dengan cara angkat senjata. Jihad santri saat ini salah satunya bisa diimplementasikan dengan mengentaskan kebodohan di negara ini. Hal ini merupakan salah satu sumbangsih dari lembaga pendidikan Islam di Indonesia. Salah satunya adalah pesantren. Secara statistik, pada tahun 2022 tercatat sudah ada sekitar 36.600 jumlah pesantren di Indonesia menurut data dari Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI). Sedangkan, jumlah santrinya ada sekitar 3,4 juta orang. Dari data ini, bisa dibayangkan seberapa besar juga harapan bangsa Indonesia terhadap santri yang akan men-“jayakan negeri”.

Dari keseluruhan data tersebut, tentunya santri belum tentu menjadi ulama semuanya, atau bahkan yang terjun di dunia pendidikan. Jihad santri di era kini tidak melulu secara mayoritas harus menjadi ulama. Apabila dicermati, para santri yang masih mondok saat kini sudah memasuki kisaran generasi Z (kelahiran 1997 – 2012) dan generasi Alpha (kelahiran 2013 – 2025). Hal ini juga berpengaruh dalam menghadapi era bonus demografi Indonesia yang akan mencapai puncaknya pada tahun 2030-an.

Menurut data publikasi “Statistik Indonesia 2023” yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2022 penduduk Indonesia berjumlah 275 juta. Apabila dilihat usia produktifnya, yakni usia 15-64 tahun berjumlah sekitar 190 ribu penduduk yang berusia produktif pada tahun 2022. Dari data ini, guna menyukseskan era bonus demografi Indonesia, butuh edukasi kepada para penduduk yang berusia produktif, terutama bagi para pemudanya.

Dalam menyukseskan era bonus demografi Indonesia, peran santri pun tidak kalah pentingnya. Meskipun tidak semua santri bakal menjadi ulama, juga tak kalah pentingnya apabila santri untuk mengisi setiap “ruang” di negara ini. Apabila dilihat dari generasi kelahirannya, saat ini santri sudah hidup berdampingan dengan lajunya perkembangan teknologi. Hal ini juga sudah dicontohkan oleh santri yang sudah menjadi praktisi teknologi, ia bernama Ainun Najib. Santri kelahiran Gresik pada tahun 1986 yang sekarang hidup di Singapura ini memiliki banyak prestasi. Bahkan, Presiden Joko Widodo ingin mengajaknya pulang ke Indonesia beberapa waktu lalu.

Generasi saat ini lebih cenderung untuk mengakses informasi yang ditampilkan secara visual. Salah satunya adalah TikTok. Menurut DataIndonesia.id yang berdasarkan surveinya, generasi Z juga cenderung suka mengakses informasi melalui TikTok. Data ini menyebutkan bahwa sebanyak 24% dari generasi Z lebih suka menggunakan TikTok dalam mengakses informasi. Dengan data ini, akan lebih baik jika para santri yang sudah dibekali oleh ilmu agama juga turut terjun meramaikan platform ini dalam lingkup industri kreatif. Hal ini bisa diisi dengan dakwah digital, atau bahkan konten-konten berkualitas lainnya.

Dalam berpolitik pun peran dari para santri tidak kalah pentingnya. Mereka yang sudah berbekal pemahaman agama dan cara berpolitik yang Islami juga harus turut mengisi ruang-ruang politik di negara ini. Tidak hanya di dunia politik, para santri juga perlu untuk dapat terjun ke dunia bisnis, investasi, perbankan, pakar teknologi, dan profesi lainnya.

Oleh karena itu, makna “Jihad Santri, Jayakan Negeri” apabila diimplementasikan di era ini, juga memiliki andil “jihad” yang penting, terutama untuk menyukseskan bonus demografi Indonesia. Santri pun harus tertuntut dan dibekali agar dapat mengisi setiap ruang di negeri ini. Semangat juang Hari Santri seharusnya juga bukan hanya seremoni, namun sudah pada tahap implementasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun