Mohon tunggu...
Ikhsan Maulana Yusuf
Ikhsan Maulana Yusuf Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar, Mahasiswa biasa. Mahasiswa UM Purwokerto

Hidup adalah tentang awal, mengawalinya dengan tulisan, menulis dulu saja.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Tipe Cinta: Eros, Philia, Senia, dan Agape

20 Mei 2020   00:28 Diperbarui: 20 Mei 2020   10:34 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cinta merupakan kekuatan yang paling pokok dalam melakukan segala sesuatu. Semua orang tidak akan terlepas dari cinta. Manusia ada dan lahir karena buah dari cinta. 

Seseorang pernah mengalami cinta, seseorang selalu merasakan cinta, seseorang hidup karena adanya cinta, seseorang tak dapat melupakan cinta, seseorang mengabaikan dan lalai akan hadirnya cinta. Oleh karena cinta, semuanya bisa terjadi. Apapun itu, perihal cinta bukan hanya dipandang secara subyektif, akan tetapi cinta menjalar dari segala arah.

Menyinggung berkenaan dengan cinta, tentunya tidak terasa asing lagi. Pada forum diskusi sahabat pergerakan: Ngobrol Asyik, Fajar S.P. menyapa hangat untuk para peserta diskusi dari gadgetnya. Membincang tema yang relevan dan menarik, Cinta dan Luka di Musim Pandemik. Beliau mengetengahkan sub tema dengan memakai pendekatan teori Yunani, meskipun situasi ramadhan tapi teori umum seperti ini akan sangat mudah dijangkau.

Tenaga kesehatan berjibaku menyelamatkan korban Covid-19, impactnya dirasakan oleh semua kalangan masyarakat. Kesehatan, sektor formal dan informal perekonomian, sekolah maupun kampus, buruh pekerja harian, pekerjaan tetap, dan sebagainya. Sehingga mutualisme antara manusia dengan Covid-19 tidak dibenarkan, tetapi peran dari Covid-19 pada sebagian orang akan bersandar pada cinta. 

Pertanyaannya: yang demikian, termasuk cinta yang tergolong seperti apa? Apa esensi cinta yang sesungguhnya? Bagaimana menyelaraskan cinta dengan kehidupan kita?

Covid-19 adalah momen yang paling tepat untuk mengukur bagaimana lokus pada laku keseharian kita, bagaimana kadar cinta yang semestinya diidamkan selama ini. Namun kali ini tidak membahas semua aspek yg terdampak oleh virus corona tadi. Tetkala membicarakan cinta secara universal itu banyak macam jenisnya.

"Akan tetapi cinta yang ekuivalen adalah cinta pada yang terletak pada welas asih, yang tidak terbatas personal yang menyangkut dua insan dimabuk asmara dan lainnya," ujar Fajar.

Fajar menekankan bahwa cinta pada welas asih merupakan penginterpretasian gagasan dari filsuf dan sufi besar. Orang yang di dalam batinnya banyak menghadirkan cinta, tentu akan sangat sulit untuk melakukan kejahatan, kekerasan dan semacamnya. Cinta adalah energi atau dorongan. Jika di dalam batin kita banyak mendapat dorongan mengenai cinta, maka ekspresi di dalam diri kita secara tidak sadar membentuk ekspresi welas asih.

Semestinya, hadirnya cinta di dalam diri akan sangat menentukan perilaku terhadap orang lain di kehidupan sehari-hari. Atau kita dengan lugas menyebutnya, moral atau akhlaknya amat bergantung pada kadar cinta yang dimiliki oleh seseorang.

Tipe Cinta, Sebagai Ekspresi Kepedulian

"Akhlak atau moral, merupakan prasyarat di dalam kehidupan sosial yang sangat menentukan rukun atau tidaknya suatu entitas atau kelompok sosial. Diantara ekspresi cinta yang esensial yaitu tentang kepedulian, karena tidak bisa seseorang dapat mencintai orang lain tapi tanpa memiliki kepedulian. 

Cara menakar kadar kepedulian yang kita punya bisa dengan melihat orang-orang di sekitar kita, dalam konteks di masa pandemik ini banyak sekali orang yang kehilangan sumber mata pencahariannya, sangat membutuhkan uluran tangan baik materiil maupun non-materiil. Itu bisa diukur seberapa besar kepedulian kita.

Dalam Peradaban Yunani, mereka mengelompokkan cinta menjadi empat. Pertama yaitu Eros atau cinta erotik, biasa terjadi antara laki-laki dan perempuan, Erotik ialah cinta yg berhubungan antar dua insan yang terikat nafsu yang nanti merujuk pada ikatan pernikahan. 

Kedua Philia, yang berarti cinta yang terjadi pada orang-orang terdekat kita atau cinta yang akrab. Cinta kepada keluarga, teman, sahabat. Perbedaannya, Eros bisa dibenarkan dengan disertai sensualitas. Tetapi Philia tidak disertai dengan sensualitas.

Ketiga Senia, adalah cinta terhadap kemanusiaan. Mencintainya, memberikan empati tanpa mengenal seseorang terlebih dahulu. Contoh sederhananya, kita sedang berjalan santai disekitaran alun-alun lalu melihat anak kecil yang menangis karena kelaparan dan kita merasa iba dengan memberikannya makanan. 

Hari ini, ekspresi Senia di masa pandemik akan terlihat. Karena merasa tergugah hati dan perilakunya untuk melakukan bantuan tanpa mengetahui terlebih dahulu terhadap identitas dan latar belakang seseorang. 

Dan yang ke empat Agape, ialah cinta terhadap Tuhan, mendekati Tuhan dengan jalan cinta. Agape merupakan cinta yang paling murni, cinta yang tidak mengenal egois, cinta tak kenal batasan. Cinta ini tidak bergantung pada kemampuan dan kualitas, seseorang itu (perhatian, baik, lembut, ramah, cantik, cakep, percaya diri dan lain sebagainya). Biasanya menanamkan kebiasaan menganggap hanya melihat orang lain sebagai dirinya sendiri." papar Fajar.

Dari ke empat teori ini bukan berarti susunan penempatan dari awal sampai atas adalah yang paling benar, akan tetapi urutan yang paling benar ada pada segi tindakan cintanya. Hubungan sebab akibat dalam membentuk cinta, sebabnya yaitu esensi moral dan menuai tergolongkan pada kelompok cinta Eros, Philia, Senia, Agape maupun keempatnya sekaligus (mutlak).

Fajar berujar bahwa setidaknya ada 3 cara yang bisa dilakukan untuk mendekati Tuhan. Cara yang pertama dan kedua adalah ada istilah Raja' dan Khauf. Raja' ialah 'mengharapkan' dan Khauf ialah 'takut'. Beribadah karena takut azab, beribadah karena takut menanggung dosa-dosa di alam kubur, adalah contoh cara mendekati Tuhan dengan Khauf. Raja' merupakan pengharapan yang tulus. Berbuat positif sesuai syari'at Islam dan hukum karena ada keridhoan dan pembalasan surga yang akan diberikan, itu adalah cara mendekati Tuhan dengan Raja'. 

Ketiga, yaitu dengan jalan cinta. Nah biasanya ini merupakan jalan yang mempunyai kapasitas tertinggi dan agung. Yang biasanya digunakan para sufi besar, orang-orang alimin terpilih yang, panggilan ibadahnya kuat, menggunakan metode pendekatan dengan jalan cinta. Seperti Ibnu Arobi, Jalaludin Rumi, Arabiah al Adawiyah, dan lainnya.

"Perlu kita sadari, bahwa sifat Tuhan yang paling pokok adalah Rahman dan Rahiim. Dalam arti mendekati Tuhan dalam arti sifat sifat yang banyak itu, paling tidak ada 99 sifat Allah yang kita kenal. Padahal 'mikrokosmos' ialah manusia, dan 'makrokosmos' ialah Tuhan atau Allah. 

Jadi manusia sedikit banyak memiliki unsur-unsur yang sama dengan unsur-unsur Tuhan. Sebenernya di dalam diri kita terdapat sifat itu karena mengasihi dan menyayangi adalah hal yang paling pokok dirasakan dan itu terjadi, tetapi bedanya bagi manusia akan sangat sulit melancarkannya," tegas Fajar.

Kita analogikan, sebagai manusia umum dan biasanya menjejaki sesuatu dengan perlahan atau satu demi satu dalam melewati tangga. Tangganya itu kita anggap sebagai tahapan, kita melakukan sesuatu tahap pertama adalah biasanya takut "Khauf". Tahap kedua biasanya berharap "Raja". Barulah tahap ketiga yaitu cinta atau "Jalan Cinta".

Tersirat sebagai sebagian manusia yang telah mengalami cinta Eros atau erotik yang dilema dalam menyeimbangkan cinta kepada manusia dan cinta terhadap Tuhan atau Allah. Sebetulnya cinta itu bukan sesuatu yang dibagi-bagikan atau dipisah-pisahkan porsinya, satu porsi diberikan pada Tuhan kemudian satu porsi lagi diberikan pada manusia, jadi bukan demikian konsep analitisnya.

Tetapi konsep mencintai manusia dan Tuhan itu seperti anak tangga, untuk mencapainya tidak bisa langsung pada tangga sampai, dan jalannya itu perlu dijejak sebagai suatu pembiasaan. Sangat tidak perlu jika cinta manusia dibanding-bandingkan dengan cinta terhadap Tuhan, atau sebaliknya, karena itu merupakan sesuatu yang menyatu. 

Sekali lagi, ekspresi cinta harus disesuaikan yang sifatnya adalah welas asih tadi. Jadi belajar mencintai Tuhan itu bisa dengan ketika mencintai seseorang, orang lain atau pasangan, yang digunakan sebagai medium untuk belajar sifat kasih sayangnya Tuhan.

"Rasa cinta kepada manusia, teman tetangga, pasangan dan sebagainya, itu sebagai jalan untuk belajar mencintai Tuhan, atau sebagai bukti mencintai Tuhan. Kenapa Tuhan atau Allah itu sangat benci dengan yang namanya syirik. Karena syirik artinya menyelingkuhi Tuhan, dan rasanya sakit. Kira-kira seperti itu jika kita ganti objeknya menjadi cinta manusia terhadap manusia," ujarnya.

Tentu dari semua teori dan kategori cinta yang dijelaskan, telah menjawab bahwa cinta mana yang terdampak di masa pandemik seperti ini. Dengan jalan yang mana kita akan menempatkan cinta yang perlu diejawantahkan.

Tuhan, Cinta dan Manusia

Dalam penjelasannya di diskusi virtual (18/05) Fajar mengindahkan kata-kata cinta dengan teori teori yang didapatnya, sekaligus memberikan pesan baik yang merujuk pada kehati-hatian dalam mencinta kepada kita, diantaranya seperti berikut:

  1. Problem utamanya bukan pada di mencintainya, namun pada ekspresi mencintainya seperti apa. Itu yang nanti dikenai hukum dilarang atau di perbolehkan. Jadi kalau mengekspresikan cinta dengan perzinahan, tentu itu adalah sebuah dosa dan jelas dilarang.
  2. Kalau perasaan itu hanya sebuah perasaan saja berarti belum dikenakan hukuman halal haramnya.
  3. Perasaan itu sesuatu yang tidak terlihat bentuknya atau bahkan tidak bisa dikendalikan.
  4. Cinta boleh kita sebut ibu dari perasaan.
  5. Cinta itu konsepnya harus mendirikan cinta, mendirikannya dengan sikap menyadari karakteristik cinta.
  6. Benih cinta itu tumbuh dari pembiasaan-pembiasaan, chemistry yang berjalan.
  7. Sebagai suatu kekuatan, hati-hati dengan cinta jangan sampai karena cinta, kita menjadi dirusak atau merusak.
  8. Cinta itu sesuatu yang hidup, pada prinsipnya segala sesuatu itu bisa mati. Maka mencintainya adalah dengan memumbuhkan, memberikan, lalu merawat. Oleh karenanya yang bersifat mati bisa ditumbuhkan dengan cara merawat.

"Cinta bukan perihal laki-laki dan perempuan yang saling jatuh lalu cinta, tetapi cinta adalah perasaan kepedulian, menghormati dan saling menyayangi terhadap Tuhan atau Allah, diri sendiri, orang lain, dan alam sekitar," pungkas moderator, Ely Sulistyowati menutup diskusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun